Jumat, 30 September 2016

Eksotisme di Timur Indonesia yang Menggugah Nasionalisme - NTT (1)

Punya kesempatan bisa meliput di Timur Indonesia bak menemukan emas di tengah jalan. Ini, kata redaksi, merupakan hadiah kelulusan gue setelah jatuh bangun penuh air mata menyelesaikan S2 selama 2 tahun sambil bekerja dan akhirnya menjadi satu-satunya Master pertama di angkatan gue.

Kalau diinget-inget betapa berat dan melelahkannya menempuh S2 sembari tetap profesional sebagai jurnalis. Sampai harus nangis2 di halte busway karena kecapean sangat, setelah sebelumnya liputan sampe dini hari besokannya harus lembur lagi. Mulut saat itu udah enggak bisa bilang capek lagi, cuma mata aja yang basah

Kelelahan sampai tertidur  gara-gara  menunggu Jokowi yang ngaret di tempat liputan dan keesokannya kuliah pagi. Atau juga kelelahan karena jagain Novel Baswedan yang ditangkap polisi dari jam 3 pagi sampai hampir tengah hari. Suka duka itu terganti dengan trip ke NTT ini. Kali ini misinya, bersama Aus Aid dan Tifa Foundation, menggali cerita para TKI ilegal yang banyak datang dari NTT.

http://www.tifafoundation.org/di-belu-ntt-3-000-tki-illegal-pergi-ke-malaysia-tiap-bulan/

Sesampainya di sana, gue langsung ke rumah seorang ibu yang tinggalnya  ibu kota provinsi, Kupang tapi  kondisinya masih desa gitu dengan lantai masih tanah tanpa ubin. Tapi di dalamnya ada semangat yang mungkin bisa meruntuhkan gedung setinggi apapun.

Ya, dia berhasil membentuk wadah wanita semacam koperasi sekaligus pengelolaan usaha tenun dan perkebunan, yang mampu memajukan kesejahteraan penduduk yang tinggal di sana. Super banget kan.


Dari Kupang, selama 6 jam kita menuju Atambua, Malaka dan Belu yang berbatasan banget sama Timor Timur, bekas daerah milik kita. Kita sempet mampir di So'e yang produktif menghasilkan alpuket yang dagingnya mulus luar biasa.


Bukan cuma alpukat, di NTT juga terkenal sama Se'i, masakan berbahan daging babi. Beberapa kali pihak LSM dan wartawan menawarkan gue makanan ini, meski mereka tahu gue gak makan babi. Segala cara dikerahkan mereka supaya gue makan, dan akhirnya gue bertahan meski gue bete di ujuk-ujuk terus.

Sesampainya di Atambua sudah malam hari, langsung istirahat karena besok paginya kita harus ke daerah Belu untuk wawancara tokoh desa di sana, Jalan yang kita tempuh lumayan ekstrem karena harus naek turun bukit berjalan  non aspal sampe jalanan yang semi sungai. Beuh berasa banget adventure-nya. Cool!









Selasa, 13 September 2016

Cerita Perjalanan Mistis dari Cirebon Bagian 4

Petualangan di Cirebon tinggal besok dan itu pun cuma setengah hari. Jadi malam ini gue mutusin buat beli oleh-oleh sekalian cari nasi jambalang yang paling enak di Cirebon.


Tukang becak yang sudah gue sewa sejak siang tadi udah nungguin di depan, gue kira dia bakalan kabur seperti orang Indonesia kebanyakan. Ternyata si bapak jujur eui, senangnya.

Pertama, gue langsung tanya dimana nasi jambal terenak di Cirebon. Jawabannya nasi jamblang Mang Dull. Sebenarnya warung Mang Dull ini biasa saja, enggak besar atau nyaman banget. Semuanya biasa ala rumah makan gitu, di sini ada beragam lauk yang pasti pilih jamblang dan nasi yang dibungkus sama daun jati.


Enggak jauh dari situ ada pusat oleh-oleh asli Cirebon, yang pasti gue udah beli batik tsurmi yang terkenal di Cirebon. Sisanya jadi tinggal beli beraneka jenis makanan. Salah satunya bakpia beraneka rasa yang enak banget, terutama bakpia cokelat yang meleleh bgt cokelatnya.

Balik ke penginapan kepicut sama warna warni lampu di depan mall Grage. Saat itu emang lagi ada festival of light. Ke dalemnya kita bayar sekitar Rp 30 ribu- lupa. Areanya kecil sih tapi gue norak aja foto-foto di sana, Masalah yang serin timbul itu dari solo traveling itu adalah enggak ada yang fotoin, jadi deh ngikuti pasangan kakak adik yang kenalan mendadak gara-gara mau minta tolong difotoin :p




Balik lagi ke yang mistis-mistis. Pagi-pagi gue udah ngeburu angkot untuk ke tempat semedi sekaligus versi kedua makam Sunan Kalijaga.

Di sini juga banyak banget monyet, menjadi salah satu cobaan terbesar dalam hidup gue secara gue takut banget sama yang namanya monyet. Memang mereka sih enggak menganggu, tapi tetep aja serem klo berkerumun kayak gitu.


Konon katanya monyet ini enggak pernah lari ke tempat lain dan jumlahnya selalu sama. Dari keterangan jurukunci di sana yang juga ngaku sebagai keturunan Sunan Kalijaga, monyet-monyet ini adalah jelmaaan dari santri Sunan yang dikutuk jadi monyet gara-gara malas solat Jumat. Tuh dengerin!

http://www.merdeka.com/ramadan/cerita-kalijaga-kutuk-santrinya-malas-salat-jumat-jadi-kera.html

Secara umum, tempat ini meski bersih tapi udah reot mau rubuh lagi. Kasian. Di dalamnya ada makam Sunan di sampingnya, seperti biasa ada sumur keramat. Gue udah diwanti-wanti untuk ngasih duit buat juru kunci sama titipan untuk makan si monyet-monyet.

Gue  pun menyanggupi dengan uang yang makin tiris. Eh pas keluar dari pedepokan tiba-tiba wrrrrr banyak amet warga minta uang. Mentang-mentang gue dari Jakarta mereka pikir gue kaya kali ya. Gue  pun mohon diri dengan perasaan enggak enak dan miris sekaligus takut abis itu dijampi-jampi atau disumpahin gara-gara enggak kasih duit ke mereka yang agaknya marah.

Gua Sunyaragi

Langsung deh ngacir sama tukang becak. Dari sana tersisa beberapa jam lagi, gue langsung meluncur ke Gua Sunyaragi. Kali ini saya nekat enggak mau nyewa pemandu gara-gara duit udah enggak ada dan pasti mereka minta meski gue di sini menunaikan tugas jadi jurnalis. Pret lah pokoknya

Akal-akalan gue sih nimbrung rombongan yang juga nyewa guide untuk ngasih penjelasan di tempat penuh batu karang ini.

Emang tempat ini indah secara estetika meski cerita di baliknya tidak selalu indah karena banyaknya orang yang datang ke sini untuk bertapa dan nyari ilmu. Di beberapa tempat juga sering dijadiin sarang nyari hantu ala ala di TV. Di tempat-tempat tertentu juga masih ada kepercayaan, kayak kalau megang batu ini nanti sulit jodoh dan lain-lain.



Gue udah keburu capek karena tempat ini panas banget dan lu harus masuk-masuk gua kecil, gelap, pengap. Hwaaaa.....

Di sini juga ada beberapa foto perjalanan gua ini hingga akhirnya menjadi wisata. Pada awalnya kan cuma tempat Sunan Gunung Jati nyari karomah dan semedi tapi sampai sekarang pun masih diteruskan. Pihak pengelola enggak pernah melarang orang semedi di sini, bahkan katanya sampai orang Malaysia juga pernah semedi di sini.

Meski pun gue males banget sama cerita-cerita kayak gini toh tetep saja waspada klo udah masuk ke banyak tempat kayak gini, pasti zikir dibanyakin. Karena selepas dari Cirebon gue merasa badan gue kotor dan langsung deh buru-buru mandi besar takut ada hal-hal mistis yang menempel.

Setelah dari situ gue langsung kejar kereta bali ke Jakarta. Sembari share sama teman-teman soal perjalanan kali ini yang baru cerita aja temen2 udah merinding hehehe....


Yah begitu lah, nyatanya Indonesia khususnya di Cirebon ini belum lepas dari hal-hal gaib begitu. Jadi nikmatin aja.


Minggu, 04 September 2016

Apa Arti H, HB, B pada Pensil



Pensil sudah dipakai sejak 2000 tahun sebelum masehi pada zaman Yunani kuno. Saat itu digunakan sebagai penanda yang terbuat dari lilin dan dibungkus dengan kulit binatang. Pada abad ke 14, di Italia pensil dibuat dari campuran lilin dan timah yang dimasukan ke dalam kayu.

 Pada tahun 1964 sejak diketemukannya grafit di Inggris , grafit yang panjang dimasukan ke dalam kayu hingga digunakan menjadi pensil. Kemudian pada tahun 1795 seorang berkebangsaan Prancis, Conte berhasil menemukan pensil sama seperti sekarang yang kita gunakan ini. 

Pensil-pensil seperti 4H, 2H, dan lain-lain adalah pensil yang kuat  dan tidak mudah patah. H berarti kuat yang berasal dari bahasa Inggris (hard). Pensil seperti itu kuat dan tahan lama. 

Sementara pensil HB adalah pensil yang kuat dan jelas karena HB itu berasal dari H yang berarti Hard dan B yang berarti Black 


Kemudian pensil gambar biasanya pensil yang tertulis B yang berarti Black. Ada beberapa pensil gambar yaitu 2B, 3B, 4B dan lain-lain. Pensil ini mempunyai karakter sangat lebut dan jelas sehingga mudah menulis cepat. Cocok kan untuk menggambar!

Sumber: Sangat sangat penasaran 2 -pengetahuan sehari-hari







Penulis Naite