Saat itu seorang senior mendekatinya dan memintanya untuk bercerita lagi. Samsyul yang saat itu amat kumal menyambutnya dengan ramah dan memulai cerita tragisnya dengan senyum ketegaran.
Aku langsung terperanjat saat tahu dia adalah korban salah tangkap polsek Rungkut Surabaya. Tanpa izin senior dan Syamsul aku langsung masuk ke dalam tanya jawab mereka sembari sibuk mengetik.
Hebatnya dia benar-benar berjuang untuk memulihkan nama baiknya tidak seperti korban lainnya yang cenderung pasrah.
Perjuangannya dimulai dari laporan polda Jatim, tak mau rekan seprofesinya diganggu, polisi pun enggan memproses kasus Syamsul yang saat itu dituduh mencuri TV 21 inchi.
Tahu dirinya tak digubris, Syamsul langsung saja tancap gas ke Jakarta dan menemui lembaga penegak hukum lainnya seperti Mabes Polri, Kompolnas dan Komnas Ham.
Sayangnya lagi, nasib serupa juga menghampirinya, untungnya Syamsul bertemu kami para media di Jakarta yang memang beritanya lebih tersorot dimana-mana. Bahkan dalam hitungan jam dia sudah bisa bicara di TV.
Mabes Polri pun saya minta untuk menanggapi kasus ini. Irjen Pol Suhardi saat itu terkaget-kaget dengan cerita Syamsul, dan saya yakin ini jadi tamparan untuk Polri.
Tapi untuk sekarang ini aku harus mengatakan maaf padanya dan mungkin rasa ini juga mewakili wartawan yang lain.
Kesibukan dengan berita mainstream buat cerita Syamsul bagai sinar matahari di mendung kelabu. Benar, ceritanya tertutup dengan cepat. aku tak tahu lagi perkembangan Syamsul yang gagal nikah akibat insiden salah tangkap.
Selain tak punya nomor kontak, keberadaan Syamsul juga tidak diketahui, Terahir Naser (komisioner Kompolnas) diketahui menampungnya hidup selama di Jakarta. tapi entahlah, salah kami, media yang tak bisa selalu mengikuti kasusmu.
Oh Syamsul cuma barisan ini yang akan mengenangmu.
http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-tragis-syamsul-arifin-korban-salah-tangkap-polisi.html
foto Syamsul |