Rabu, 02 Januari 2013

Kejujuran membawanya ke rumah Tuhan

Agus Chaeruddin

Manusia selalu diberikan  pilihan dalam hidup, termasuk memilih untuk menjadi seorang yang jujur. Di tengah situasi seperti ini, banyak yang berpikir ulang untuk menjadi jujur. beban ekonomi yang kian menghimpit membuat banyak orang jujur dicaci karena 'ketololan'nya menyia-nyiakan uang.

Jujur sekarang ini seakan samar dengan munafik, orang jadi sulit membedakan mana yang jujur mana yang menolak rezeki datang.

Bisa saja dengan alasan tidak tahu seorang menemukan uang lalu masuk ke kantongnya. toh, itu bisa dibilang 'ga boleh menolak rezeki yang datang'. Entahlah.....

Sekarang coba Anda bercermin dengan Agus Chaeruddin. Anda mungkin takjub dengan aksi heroiknya, mengembalikan uang yang tergeletak pasrah di dekat tong sampah di tempatnya bekerja.

Uang senlilai 100 juta itu tak sepeserpun diambilnya. Hasilnya, Agus kini dihujani pujian dan hadiah. Bahkan saat dipancing dengan pencitraan, PKS rela meminang Agus untuk jadi calegnya.

Sebenarnya saya sendiri mengganggap wajar sosok Agus, saya sudah berbaik sangka padanya saat pertama kali bertemu. sekali lagi orang yang dekat pada agama memang jarang melakukan hal yang tidak terpuji.

Jadi itu biasa, saya menilai Agus juga bukan orang yang langsung ngeh terhadap apa yang dia lakukan. Baginya itu kebaikan yang amat biasa. Bahkan ketika berulang kali ditanya baik oleh wartawan dan Hidayat Nur Wahid (PKS). Agus tampak kikuk dan bersikap biasa, saya tahu dia bukan orang yang gemar pencitraan.

Sampai-sampai wartawan kesulitan menangkap emosi dan angle tentunya. kecuali saat dia menerima hadiah umroh. Tapi poin terpenting  dari pertemuan saya dengan Agus adalah jangan pernah berpikir Anda telah melakukan kebaikan, sekali lagi kebaikan adalah akhlak yang dilakukan tanpa berpikir.

Itu yang saya lihat darinya, kebaikan tak terpikirkan itu pastinya ikhlas. Jujur salah satunya. Jika Anda belum jujur maka berpura-puralah untuk jujur. Suatu saat Anda akan lupa kalau Anda sedang melakukan kejujuran.

Dan sekali lagi dimohon bedakan antara menolak rezeki dengan kejujuran, perhatikan dimana hak kita saat melakukan kejujuran.

http://www.merdeka.com/peristiwa/basuh-kaki-orang-tua-agus-chaerudin-ketiban-rezeki-umroh.html