Pada prinsipnya bahasa mengatur kehidupan sosial kita. Apabila bahasa sudah digunakan sebagai sarana komunikasi maka saat itu peranan bahasa tidak akan lepas dari unsur budaya. Alasannya tentu karenaperantara bahasa, kita bisa mengetahui nilai, pengetahuan, kepercayaan, pengalaman yang dipegang oleh penuturnya.
Alam merujuk pada sesuatu yang dilahirkan dan berkembang sesuai dengan kodratnya sedangkan budaya adalah sesuatu yang telah ada dan sudah tersusun rapi. Sama seperti alam, budaya juga merupakan satu anugerah. Namun berbeda dari alam, budaya berperan dalam mengungkap unsur potensial yang ada di dalam alam tersebut. Oleh karena itu, kedua unsur ini tidak bisa dipisahkan. Kemudian untuk menjelaskan hubungan ini manusia menggunakan technology of the word yang di dalamnya terdapat unsur-unsur bahasa seperti kosakata, sintaksis dan lain-lain. Kata-kata inilah yang diadopsi oleh satu komunitas bahasa atau yang disebut dengan speech community. Untuk merespon reaksi alam, bahasa dan budaya menghasilkan socialization dan acculturationyang di dalamnya terdapat aturan dan norma yang telah disepakati masyarakat.
Orang dapat mengidentifikasi dari kelompok mana dia berasal lewat bahasa yang digunakan dalam interaksi mereka. Oleh karena itu muncullah satu komunitas bahasa dan komunitas wacana tertentu yaitu saat mereka menggunakan kode linguistik yang sama dalam berinteraksi kepada lawan bicara. Bukan hanya soal pemilihan kata secara gramatikal, semantik ataupun leksikal tetapi juga terkait topik dan bentuk pewacanaan yang dia buat. Sehingga akhirnya bisa disimpulkan mereka mempunyai budaya yang sama.
Ada tiga lapisan dalam budaya yaitu sinkronik dan diakronik atau disebut dengan sosial kultural dan imajinasi. Melalui bahasa,imajinasi ini membentuk realitas budaya. Sebab imajinasi berperan menentukan manusia bertindak dan memutuskan sesuatu di kehidupan. Termasuk memilih dan mendefinisikan orang lain berada di luar atau di dalam komunitasnya. Selain itu, orang yang paling berpengaruh dan punya kekuatan di dalam komunitas ini dapat memutuskan nilai dan kepercayaan yang harus dimiliki oleh komunitasnya. Keputusan ini tentunya tak lepas dari kemampuan manusia untuk belajar dan mengingat kembali dari perjalanan sejarahnya serta membayangkan keadaan di masa depan. Apalagi kehidupan bermasyarakat danberbudaya, merupakan suatu yang bersifat heterogen dan berubah. Sebab di dalam kehidupan tersebut diisi oleh wacana yang sama namun dengan latar belakang anggota yang berbeda. Perbedaan ini menimbulkan dorongan agar halyang mereka perjuangkan dan percayai bisa dilegitimasi dan punya kekuatan di dalam masyarakat.
Cendikiawan Jerman, Herder dan Humbold menyimpulkan setiap orang yang berbahasanya berbeda menyebabkan cara pandang yang berbeda pula. Hasilnya mereka pun berbeda dalam menyikapi lingkungan sekitar. Kemudian pernyataan ini dilengkapi oleh hipotesis Sapir-Whorf yang mengatakan bahasa memengaruhi cara orang berpikir dan berperilaku. Menurut Whorf hal ini dikarenakan bahasa pada dasarnya membentuk persepsi manusia dan membantu melakukan kategorisasi pengalaman mereka. Semantik merupakan salah satu unsur bahasa yang paling berperan dalam membantu manusia membentuk presepsi dan menciptakan kategori. Tetapi peran pragmatik juga tidak bisa dipinggirkan sebab pragmatik membantu manusia memahami pengalamannya lewat konteks.
Safir & Whorf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar