Pada awalnya manusia purba atau orang zaman prasejarah berdiam di dalam gua. Di gua ini mereka menetap dan menjadikan gua sebagai rumah.
Sejak dulu mereka yang hidup dari berburu ini berpindah-pindah dari gua satu ke gua lainnya. Apalagi di gua jika musim panas, sejuk dan jika musim dingin, hangat sehingga cocok untuk beradaptasi.
Mereka juga bisa menghalau binatang buas dari pintu masuk gua. Di dinding gua mereka biasa menggambarkan kehidupan zaman batu tua untuk membuktikan adanya hewan-hewan itu. Gua seperti ini ditemukan di Afrika, Eropa, Asia , Amerika dan lain-lain.
Sementara di Korea zaman prasejarah dimulai sejak 70 ribu tahun lalu hingga 10 ribu tahun lalu. Orang-orang zaman batu tua hidup berpindah-pindah mengikuti sumber makanan mereka.
Oleh karena itu agar mudah ditinggalkan mereka tinggal di rumah yang terbuat dari pohon dan rerumputan atau gua. Meski tergolong primitif tapi mereka sudah menggunakan dan membuat peralatan mereka sendiri. Mereka sudah menggunakan dan membuat perkakas batu besar yang dipipihkan. Kemudian mereka juga mengetahui cara menggunakan api.
Masuk ke zaman setelah zaman batu tua atau zaman Neolitikum, manusia mulai membuat rumah ada yang berbentuk elips dan anglo. Rumah berbentuk elips terdiri dari gabungan dari batang pohon sebagai tembok dan atap lalu di seklilingnya ada bebatuan.
Ada juga yang berbentuk anglo di yang terbuat dari lingkaran bebatuan. Di sekiataran anglo ini ditemukan tulang binatang buas dan ikan. Itu merupakan sisa-sisa dari makanan mereka. Di rumah itu juga ada dapurnya.
Zaman neolitikum adalah kelanjutan dari zaman batu tua. Zaman Neolitikum adalah zaman yang dimulai sekitar 10 ribu tahun lalu hingga 3000 tahun. Dibandingkan dengan zaman batu tua, zaman Neolitikum banyak terjadi perubahan.
Yang paling kentara adalah dimulainya pertanian. Sehingga mereka tidak lagi perlu berpindah-pindah untuk mencari makanan melainkan mereka sudah menentukan tempat untuk tinggal. Kemudian orang-orang Neolitikum juga menggunakan batu sebagai perkakas. Mereka juga membuat piring dari tanah liat.
Yang paling mencolok pada zaman itu adalah rumah gubuk namun mempunyai pintu masuk kecil dan terbuat dari ilalang pula.Dari sini diketahui bahwa mereka mulai membangundengan dasar pengetahauan.
Mereka menggali tanah sedalam 30 cm- 1m lalu mereka mendirikan tiang dan menutupnya dengan dedaunan dan rerumputan. Dengan cara ini jika ada angin mereka tetap aman. Kemudian suhu dingin pun bisa ditangkal karena suhu di bawah tanah berubah. Saat musim panas keadaan di dalam juga lebih dingin karena rumah ini menangkal panas. Di sini juga biasa menyalakan api agar dapat membuat suhu di dalam ruangan menghangat. Kendati begitu, pintu masuk rumah gubuk ini kecil sehingga asap susah keluar. Rumah ini banyak di temukan di sekitaran Sungai Gangga.
Di Turki juga terdapat kota tertua di dunia yang disebut dengan Catal Hoyuk. Sekitar 9000 tahun yang lalu di kota ini rumah dibangun dengan tanah liat. Tapi anehnya tidak ada jalan dan jendela karena bangunan ini didirikan untuk menghalau invasi sehingga terlihat seperti benteng. Di zaman Neolitikum ini ada juga rumah yang terbuat dari rakit di atas air.
Sumber
Bangunan-bangunan dunia
Tulisan : Park Are
Komik : vitacom
Samsungbooks
Baca Juga: Rahasia Spinx, Piramid, dan Kutukan Firaun
Selasa, 31 Januari 2017
Kamis, 26 Januari 2017
Apa Beda Ilmu Pengetahuan Alam & Budaya?
Sejak dahulu banyak ahli yang sudah mengemukakan perbedaan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan budaya. Pertama argumen perbedaan dua ilmu itu disampaikan oleh para filsuf Jerman, Wilhem Dilthey dan Heunrich Rickert.
Menurut mereka ilmu pengetahuan alam berupaya menemukan hukum alam sebagai sumber dari segala fenomena alam yang berlaku secara universal. Selain itu, sumber penyebab segala fenomena alam dapat diidentifikasi dengan tepat dan seksama. Kemudian pengamat atau peneliti berada di luar objek pengamatanya. Cara pendekatan ilmu pengetahuan alam disebut dengan nomotetis atau ilmiah.
Sementara pendekatan ilmu budaya adalah ideografis, atau Dilthey menyebutnya ilmu pengetahuan batin. Dengan ancangan tersebut, ilmu pengetahuan budaya berupaya untuk mengetahui hal yang ada di dalam diri manusia sebagai mahluk individu dan sosial.
Dalam hal ini objek penelitian adalah manusia begitu juga dengan subjek penelitiannya. Oleh karena itu, pengetahuan budata berlangsung melalui empati dan simpati. Dengan empati dan simpati subjek ditempatkan berada di dalam kondisi objek yang memandang dunia dan sekelilingnya.
Sumber Teori Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Budaya - E.K.M Masinambow
Baca Juga:
Pembahasan Semiotik Pada Periode Graceo-Roman (1)
Apa Beda Ilmu Pengetahuan Alam & Budaya?
Budaya Sudah Berubah Makna, Lalu Apa Arti Budaya Kini?
Senin, 23 Januari 2017
Trip Ke-2 Ber-2 Nyokap Kece di Malaysia (1)
Kenangan dan pengalaman trip berdua nyokap di Aceh ingin sekali diulang. Alhasil karena niat baik mau ngajak nyokap ke tempat yang indah selagi dia masih sehat wal afiat, maka dapatlah promo ke Malaysia PP 500 ribuan aje. Menunggu berbulan-bulan sampailah di hari kita berangkat ke Malaysia. Rencana sudah ada di dalam kepala, termasuk juga ringgit dan vocer hotel yang udah di-booked.
Namanya double traveling ibu-anak ini pasti ada anehnya, ada sedih, seneng, campur-campur deh. Baru-baru masuk bandara aja, kita yang udah bangun dari sblm subuh, dikecewain sama AA. Pesawat yang semula berangkat sekitar jam 7an pagi malah molor hampir 14 jam dan pemberitahuan itu baru ada pas gue sampe bandara. Cakep bgt emang AA!
Sampe bandara udah lemes, gimana pun harus punya plan B.Setelah curhat sama temen yang sering ngebolang, ternyata keterlambatan bisa kita klaim dengan jam penerbangan terserah kita. Alhasil langsung meluncur dah ke counter AA dan masang muka jutek biar gimana caranya bisa jalan cepet karena rencana bisa berabe semua.
Akhirnya kita dijanjikan akan naik pesawat yang jam 9-10an pagi tapi itu enggak pasti karena harus liat sikonnya. Beuh kita langsung zikir dan solat panjang biar terkabul tuh dapet 2 seat di jam 9,
Dan Allah emang tahu lah, kalau ada anak yang mau nyenengin ibunya pasti dikasi jalan. Kiat dapat pesawat jam 9 pagi. Horeeeee!
Bandara Kuala Lumpur
Sesampainya di bandara KL ternyata bandara ini luas banget dan bagus. Meski kerap kali gue cekikikan gegara bahasa melayu yang kocak parah. Semula pelbagai kata-kata Melayu ini gue potret. Tapi takdir berkata lain karena niat mau ngecengin pakai foto, dibales dengan rusaknya memori kamera gue dan hilang semua kenangan di bandara ini sama sebagian foto di Melaka.
Oke balik lagi, kita langsung menuju terminal bus yang ada di lantai paling dasar bandara. Di sini ada berbagai bus menuju ke pelosok Malaysia. Gw emang rencana awal pengen ke Melaka jadi langsung beli tiket bus ke sana. Ternyata cuma dikasi waktu 15 menit. Perbekalan sudah habis dan belon makan siang dong. Ijin sama Pakcik alias sopir malah diomelin suruh duduk aja di dalam gak boleh kemana-mana.
Busnya lumayan mahal sekitar 60 ribu rupiah kalau dirupiahin tapi nyamannya pol. Bisa tidur-tidur kursinya luas dan jangan duduk sembarangan ya karena ada nomornya.
Melaka
Dari bandara ke Malaka lumayan lama gw berangkat sekitar jam 12-1 sampai sudah asar. Sampai di terminal Melaka, gw berusaha hubungi Hong hotel karena bisa dijemput. Tapi....gak ada telp umum.
Trus kita solat aja dulu di musola terminal yang emang mirip2 sama stasiun Senen lah. Trus kalau ke toilet pun harus bayar sekitar 3 sen. Sama kan sama Indonesia yang pipis aja musti bayar hahahaha'
Abisan solat kita cari kedai terdekat buat makan. Selama di Malaysia gue emang makan makanan yang rada2 arab karena biar aman aja kehalalannya karena di sini juga banyak chinese-nya.
kita ternyata harus naek bus lagi yang bayarnya 2 ringgit ke pusat kota alias kota lamanya Melaka. Ternyata gak jauh dari terminal udah sampe deh. Bangunan merah menjulang mendominasi area ini. Berasa ada di luar negeri (emang di luar negeri hahaha).
Langsung tanpa ba bi bu mulai cekrak cekrek (yang akhirnya hilang hahahaha). Di sini tukang sepedaan warna warni agresif banget nawarin kita buat naik dan kelilingi kota, tapi ogah ah karena harganya mahal hahahhaa (pelit)
karena udah mau magrib buru-buru deh cari-cari dimana hotel Hong ini. Hotel ini direkomendasi temen karena katanya letaknya strategis, nyaman dan harganya murah. Emang dibanding harga temen gue, gw dapet harga hotel yang lebih murah. Harga hotel hong sekitar 300an ribu, gw bli di traveloka.
Karena buta arah kita tanya sama bu polwan tapi eh ternyata dia sama aj kayak gue, kaga ngerti. Dia cuma nunjuk kemana aj sesuka dia hahaha....
Tak mau patah arang, akhirnya gue ama emak gue menulusuri gang -gang sempit dan tua di sini sekalian jalan-jalan. Ditemukan lah berbagai secret site di sini kayak makam Hang Jebat. Ahhhh ilang fotonya.
Tapi ini makam kaga ada yang mengunjungi. Ternyata Hang Jebat itu awalnya orang baik tapi jadi jahat gegara kekuasaan. Di dalam gang-gang sempit ini juga ada beberapa masjid yang tua.
Karena belum ketemu-ketemu juga, kita tanyalah ke beberapa orang di sana. Tapi ternyata Hotel Hong lumayan terkenal di warga sana. Jadi dengan bahasa Inggris lah kalian bertanya karena pakai bahasa Indonesia makin memperparah kenyasaranmu. hahaha
Ketemulah hotel Hong yang kecil namun bersih dan lengkap ada wifi, dapat snack buat sarapan dan pulangnya di antar juga sampai terminal. Di sini juga banyak bule yang nginep mungkin mereka ngintip rekomendasi dari trip advisor juga kli.
Malam di Melaka
Habis Isya yang jatuh lebih lama dari Jakarta, kita langsung keluar hotel lagi buat jalan-jalan dan jreng jreng sepi bener...... tapi setelah jalan sekitar 100 meter baru kerasa ramenya banyak bule yang olahraga, foto-foto.
Suasananya romantis banget kayak venesia mini berkat lampu warna warni yang membuat kali Melaka ini jadi indah dan berkilauan.
Kita langsung menyasar perahu ala-ala Venesia tapi padet banget dengan harga sekitar 20-25 ringgit kita bisa keliling kali ini hahahaha,,,, Sebenernya sih kalinya juga hampir sama lah sama Indonesia yang kalau sore butek tapi gak ada sampah.
Sepanjang perjalanan, dikenalkan sejarah dan macam-macam bangunan lewat pengeras suara. Bahkan rumah penduduknya juga sengaja disulap biar karakternya Melaka banget yang dulu dikenal sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan. Keren.
Sejauh ini gue merasa, glodok kota tua pun bisa disulap cantik kayak gini, asal Pemda-nya dan menpar nya serius aja. Indonesia, Jakarta gak kalah kok punya sejarah keren dan bangunannya asal kemasannya aj diperbaiki. Sarana, sama lampu-lampu jadi kesannya bagus dan ramah bagi kawula turis yang nyaman mondar mandir di daerah ini.
Baca juga: Trip Ke-2 Ber-2 Nyokap Kece di Malaysia (2)
Trip Ke-2 Ber-2 Nyokap Kece di Malaysia (3)
Senin, 16 Januari 2017
Masuk Lebih dalam ke Hutan Kalimantan
Biota langka di Pulau Borneo atau Pulau Kalimantan adalah pulau dengan luas 755.000 km2 dan menjadikannya pulau terbesar ketiga setelah Greenland dan pulau Papua Nugini, berpenduduk sekitar 12.300.000. pulau ini terletak di Asia Tenggara dan bagian Tenggara semenanjung Malaysia serta dikelilingi oleh laut China Timur, Laut Sulu, Pulau Jawa dan lain-lain.
Bagian utara berbatasan dengan Malaysia dan Brunei, bagian selatan berbatasan dengan pulau-pulau Indonesia yang lain. Di bagian utara tepatnya di Sabah, Malaysia terdapat Gunung kinabalu yang merupakan gunung tertinggi yang mencapai 4.101 m di pulau tersebut. Sungai terpanjang di pulau tersebut adalah Sungai Kapuas yang panjangnya mencapai 1.140 m. sungai ini digunakan sebagai sarana transportasi untuk kegiatan ekonomi. Pulau ini juga dilewati garis khatulistiwa yang menyebabkan cuaca di daerah ini panas dan lembab.
Perbedaan suhu selama setahun tidak lebih dari 0,80 dan curah hujan mencapai 3.800mm (korea 500-1500mm). oleh karena itu disini hiduplah berbagai biota langka dan juga hutan yang lebat. Sampai sekarang pulau ini masih menjadi tempat hidup biota terbanyak di dunia.
Kera Hidung Panjang atau Bekantan
Di hutan Kalimantan tinggal salah satu jenis kera ekor panjang yaitu kera hidung panjang. Mereka tinggal secara berkelompok di pepohonan mangrove yang ada di tepi sungai. Hidungnya panjang membuat mereka sering disebut sebagai kera hidung panjang, kera hidung besar, kera hidung tanduk, bekantan.
Panjang hidung kera jantan sekitar 10 cm. karena hidungnya yang panjang sehingga ketika makan mereka harus mengangkat hidungnya dulu. Sedangkan betina berhidung pendek sehingga lebih mudah untuk bergerak dan mengurus anak.
Sebenarnya masih belum diketahui apa sebenarnya fungsi dari hidung tersebut banyak pendapat yang mengatakan hidung tersebut berfungsi sebagai pengeras suara, penjaga temperatur dan lain-lain. Hewan ini makan daun-daun mangrove tetapi tidak memakan hewan lain. monyet hidung panjang atau bekantan ini punya perut yang besar.
Di dalam perut ini terdapat bakteri yang menetralisir racun dan serat makanan. Waktu istirahat mereka lebih banyak dibandingkan waktu aktivitas mereka. Mereka hanya beraktvitas 2 jam sebelum matahari terbit dan 3 jam sebelum matahari terbenam.
Orang-orang pedalaman sering menyebut monyet ini sebagai monyet belanda karena hidungnya yang panjang dan rambut-rambutnya yang putih.
Pohon Mangrove
Pohon ini adalah pohon yang hidup di daerah tropis atau subtropis, pohon di tumbuh di tepi-tepi sungai. Lazimnya pohon mangrove yang ditemukan di daerah tropis sekitar 3/4 nya tumbuh liar. Pohon ini juga hidup lingkungan yang yang mempunyai konsentrasi salinitas 2 kali lebih besar dari laut seperti tepi sungai, tepi laut, tepi laut yang mendapat banyak air.
Tempat-tempat ini mengalami pencampuran konsentrasi salinitas yang menyebar di antara 25 lintang utara dan 25 lintang selatan. Walau pohon mangrove letaknya berdekatan dengan daerah tepi laut atau sungai tapi tidak akan berpengaruh terhadap pohon ini. Hal itu dikarenakan pohon termasuk ke dalam jenis rhizophora. Pohon mangrove yang hidup di tepi sungai dan laut mempunyai akar dan batang yang tersebar yang dapat langsung menyerap udara. Proses pernapasan tersebut disebut dengan pnematophor yang membuat akar dan batang ini kuat dan mampu menahan gelombang pasang surut air.
Biasanya buah mangrove karena kondisi alamnya sering berjatuhan dan terbawa arus kemudian buah itu bereproduksi kembali, namun beberapa spesies mangrove bereproduksi setelah berbuah hingga berukuran 50-60 cm dan gugur dari pohonnya, jenis reproduksi seperti ini disebut dengan vivipar.
Sumber
Bertahan hidup di hutan : pengetahuan ekologi dalam komik petualangan
Penulis : comicom
Baca Juga: Mengenal Lebih dalam Gajah Asia & Bunga Rafflesia
Di hutan apa sebenarnya Tarzan tinggal?
Senin, 09 Januari 2017
Cara Anak Bedakan Konsonan & Bahasa Asing
Sampai kini dualisme teori dan pendapat pemerolehan dan pembentukan persepsi anak belum bisa terpecahkan. Sebagian mengikuti Chomsky dan menganggap anak mampu berbahasa karena dorongan dari lingkungan dan sifat alami manusia. Tetapi setelah 50 tahun berlalu, pendapat lainnya dari Elman dan Saffran muncul dan menyanggah kemampuan bahasa bukanlah bersifat turunan tetapi lebih karena kemampuan anak dalam mengembangkan kemampuan bahasa.
Untuk membuktikan dua teori kuat tersebut serangkaian penelitian pun dilakukan untuk mencari tahu proses pemerolehan bahasa yang terjadi pada bayi setiap bulannya. Seperti High-amplitude sucking (HAS) yang menjadikan kecepatan mengisap dot pada anak menjadi acuan. Di dalam dot tersebut ditaruh alat pengukur kecepatan untuk mengetahui apakah anak berekasi ketika diberi suara tertentu.
Ada juga metode penelitian yang menggunakan conditional head-turn. Dengan metode ini, reaksi anak bisa dilihat dari perhatian yang diberikan anak terhadap objek dan suara tertentu. Reaksi dan kecenderungan yang diukur lewat dua metode itu akan menuntun anak membangun persepsi dan pengetahuan bahasa mereka.
Dari penelitian itu didapat bahwa setiap bulan, anak belajar bahasa untuk pertama kalinya dengan cara mengkategorikan suara yang dia dengar, dari situ dia mulai menghubungkan suara dengan kata dan akhirnya mampu berkomunikasi dengan orang lain. Liberman menyebutnya dengan persepsi kategorikal (Peter W Jusczyk 2000:46).
Berikut adalah hasil penelitian pada anak yang menunjukan kecenderungan anak terhadap variasi suara tertentu :
1. Membedakan berbagai konsonan
Dari metode HAS tersebut, didapat bahwa bayi sudah bisa membedakan bunyi konsonan dan suku kata. Sebagai contoh Eimas pernah menguji anak berumur satu bulan. Saat itu dia memperdengarkan suara /b/ dan /p/ dengan jeda diantaranya. Hasilnya si bayi mampu membedakan bunyi /b/ dan /p/ seperti orang dewasa. Dari konsonan ini anak bisa membedakan aspek fonologis lebih jauh lagi. Seperti membedakan tinggi rendah konsonan tersebut pada umur dua bulan. Kemudian kemampuan ini berkembang saat anak sudah bisa membedakan mana yang huruf dan mana yang suku kata.
2. Membedakan bahasa asing
Meski belum punya pengetahuan dengan tentang bahasa asing, bayi ternyata mampu membedakan bahasa ibunya dengan bahasa asing. Dengan menggunakan metode HAS juga, seorang bayi Perancis berusia empat hari mampu membedakan mana bahasa Perancis dan bahasa Rusia. Sebab saat diperdengarkan kedua bahasa tersebut, isapan dot anak lebih cepat saat diperdengarkan bahasa Perancis daripada bahasa Rusia.
Tetapi jika bayi tersebut berasal dari orangtua yang berbeda negara maka saat diperdengarkan bermacam-macam suara dari berbagai bahasa seperti Polandia, Rusia, Arab dan sebagainya, dia sama sekali tidak menunjukkan kecenderungan pada bahasa apapun. Dari sini bisa disimpulkan anak lebih suka bahasa asal ayah ibu mereka.
Selain itu, peneliti lain mencoba membandingkan bahasa yang berbeda ke seorang anak. Dari percobaan Trehub seorang anak Kanada satu diperdengarkan suku kata dari bahasa Inggris dan bahasa Ceko. Ternyata anak mampu membedakan fonem yang mirip dalam bahasa Inggris dan Ceko. Tetapi hal justru tidak bisa dilakukan dengan baik oleh orang dewasa.
Serangkaian penelitian juga dilakukan dan hasilnya sama, sehingga peneliti menyimpulkan semakin besar anak maka dirinya akan semakin sulit membedakan fonem yang mirip. Hal itu karena semakin bertambah dewasa maka semakin sering juga dia menemukan lingkungan bahasa yang berbeda yang menyebabkan dirinya tidak bisa fokus lagi. (Jacqueline Sachs dalam Jean Berko Gleason 2001:72).
Kemampuan membedakan bahasa asing ini tak lepas dari kemampuan anak membedakan ritme dan tekanan bahasa. Seperti yang diketahui di setiap bahasa memang mempunyai karakteristik baik berupa ritme dan tekanan berbeda. Seperti ritme di dalam bahasa Perancis dan Jepang yang panjang huruf vokal dan konsonan berlainan. Pengetahuan seperti inilah yang akan mengantarkan anak mengetahui tataran fonologi lebih dalam.
Baca Juga: Proses Pemerolehan Bahasa & Pembentukan Persepsi Anak
Hebat! Bayi Sudah Bisa Membedakan Bahasa Asing
Sejak Bayi, Anak Sudah Bisa Bedakan Suara Ibu
Untuk membuktikan dua teori kuat tersebut serangkaian penelitian pun dilakukan untuk mencari tahu proses pemerolehan bahasa yang terjadi pada bayi setiap bulannya. Seperti High-amplitude sucking (HAS) yang menjadikan kecepatan mengisap dot pada anak menjadi acuan. Di dalam dot tersebut ditaruh alat pengukur kecepatan untuk mengetahui apakah anak berekasi ketika diberi suara tertentu.
Ada juga metode penelitian yang menggunakan conditional head-turn. Dengan metode ini, reaksi anak bisa dilihat dari perhatian yang diberikan anak terhadap objek dan suara tertentu. Reaksi dan kecenderungan yang diukur lewat dua metode itu akan menuntun anak membangun persepsi dan pengetahuan bahasa mereka.
Dari penelitian itu didapat bahwa setiap bulan, anak belajar bahasa untuk pertama kalinya dengan cara mengkategorikan suara yang dia dengar, dari situ dia mulai menghubungkan suara dengan kata dan akhirnya mampu berkomunikasi dengan orang lain. Liberman menyebutnya dengan persepsi kategorikal (Peter W Jusczyk 2000:46).
Berikut adalah hasil penelitian pada anak yang menunjukan kecenderungan anak terhadap variasi suara tertentu :
1. Membedakan berbagai konsonan
Dari metode HAS tersebut, didapat bahwa bayi sudah bisa membedakan bunyi konsonan dan suku kata. Sebagai contoh Eimas pernah menguji anak berumur satu bulan. Saat itu dia memperdengarkan suara /b/ dan /p/ dengan jeda diantaranya. Hasilnya si bayi mampu membedakan bunyi /b/ dan /p/ seperti orang dewasa. Dari konsonan ini anak bisa membedakan aspek fonologis lebih jauh lagi. Seperti membedakan tinggi rendah konsonan tersebut pada umur dua bulan. Kemudian kemampuan ini berkembang saat anak sudah bisa membedakan mana yang huruf dan mana yang suku kata.
2. Membedakan bahasa asing
Meski belum punya pengetahuan dengan tentang bahasa asing, bayi ternyata mampu membedakan bahasa ibunya dengan bahasa asing. Dengan menggunakan metode HAS juga, seorang bayi Perancis berusia empat hari mampu membedakan mana bahasa Perancis dan bahasa Rusia. Sebab saat diperdengarkan kedua bahasa tersebut, isapan dot anak lebih cepat saat diperdengarkan bahasa Perancis daripada bahasa Rusia.
Tetapi jika bayi tersebut berasal dari orangtua yang berbeda negara maka saat diperdengarkan bermacam-macam suara dari berbagai bahasa seperti Polandia, Rusia, Arab dan sebagainya, dia sama sekali tidak menunjukkan kecenderungan pada bahasa apapun. Dari sini bisa disimpulkan anak lebih suka bahasa asal ayah ibu mereka.
Selain itu, peneliti lain mencoba membandingkan bahasa yang berbeda ke seorang anak. Dari percobaan Trehub seorang anak Kanada satu diperdengarkan suku kata dari bahasa Inggris dan bahasa Ceko. Ternyata anak mampu membedakan fonem yang mirip dalam bahasa Inggris dan Ceko. Tetapi hal justru tidak bisa dilakukan dengan baik oleh orang dewasa.
Serangkaian penelitian juga dilakukan dan hasilnya sama, sehingga peneliti menyimpulkan semakin besar anak maka dirinya akan semakin sulit membedakan fonem yang mirip. Hal itu karena semakin bertambah dewasa maka semakin sering juga dia menemukan lingkungan bahasa yang berbeda yang menyebabkan dirinya tidak bisa fokus lagi. (Jacqueline Sachs dalam Jean Berko Gleason 2001:72).
Kemampuan membedakan bahasa asing ini tak lepas dari kemampuan anak membedakan ritme dan tekanan bahasa. Seperti yang diketahui di setiap bahasa memang mempunyai karakteristik baik berupa ritme dan tekanan berbeda. Seperti ritme di dalam bahasa Perancis dan Jepang yang panjang huruf vokal dan konsonan berlainan. Pengetahuan seperti inilah yang akan mengantarkan anak mengetahui tataran fonologi lebih dalam.
Baca Juga: Proses Pemerolehan Bahasa & Pembentukan Persepsi Anak
Hebat! Bayi Sudah Bisa Membedakan Bahasa Asing
Sejak Bayi, Anak Sudah Bisa Bedakan Suara Ibu
Minggu, 08 Januari 2017
Menjumpai Kesenangan di Malang (2)
Liputan Sapi
Pagi-pagi udah harus siap-siap liputan menuju peternakan sapi di Pujon yang letaknya lebih jauh lagi dari Batu. Ternyata daerah ini sapi-sapi perahnya beneran gede-gede banget kayak yang suka ada di tipi dan mirip kayak di eropa kali hahaha (kayak udah pernah ke Eropa aja).
Yang patut diapresiasi, Nestle yang asli produk Eropa malah pakai produk susu lokal. Mereka juga memberikan pelatihan meski susu yang dibeli dari para peternak harganya masih murah.
Liputan ultah Nestle kali ini bukan cuma liat stand-stand di Pujon. Tapi langsung juga pantau sapi yang gemuk-montok, pulang-pulang saya bingung apa musti harus ke Museum Angkut ato balik ke hotel karena hujan dan nun jauh di sana rekan mantan merdeka.com sudah menunggu dan berjanji akan menemani keliling Malang.
Jadilah sayabalik ke hotel dulu naek angkot muter-muter karena gojek ditungguin gak dapet-dapet. Dengan segenap tenaga dan menembus gerimis manis kita langsung pergi ke Museum Angkut yang untungnya masih buka sampai jam 9 atau 10 malam. Dengan promo citilink, saya lumayan dapet diskon sekitar 25% hehe cuma nukerin nomor boarding. lumayan.
Museum Angkut
Museum ini mungkin salah satu museum yang terbilang cantik dan pengelolaannya terbukti profesional. Semula teman wartawan menyarankan untuk langsung menemui pengelola untuk mendapatkan tiket gratis, tapi tentunya upahnya adalah berita. Tapi saya menolak dengan alasan saya emang mau liburan tanpa mau menulis.
Alhasil dengan masih berbasah ria karena kehujanan, saya sama teman kudu melewati food court apung untuk bisa masuk ke entry area. lucu aja konsep food court ini tapi terbilang sempit dan terlihat sumpek, meski kelihatannya mau dibuat seperti pasar apung lengkap dengan sampan.
Baru masuk ke museum ini kita langsung disuguhkan dengan mobil-mobil bermerek yang klasik kayak cadillac, ferrari model lama dan macam-macam. Oh ya kalian ga boleh foto-foto pakai DLSR mending pake HP aj karena akan dikenai biaya.
Banyak atraksi di sini, yang terbaru adalah simulasi pesawat terbang tapi saya terlampau malas mengantri panjang dengan saingan anak-anak kecil hahaha...
Jadilah kita skip wahana ini, dan langsung beralih ke area tematik China yang cantik banget dengan lampion-lampion dan sepeda yang bisa kita naikin trus foto-foto.
Gerimis makin keras, hujan deras pun bikin saya kerepotan lantaran sebagian besar tempat foto ada di outdoor. Untung ada payung yang bikin suasa makin romantis dan sepi karena semua orang neduh, dan saya sibuk foto-foto dengan guyuran hujan dan lampu kerlap kerlip. Suka!
Tempat ini emang dikhususkan untuk pecinta selfi jadi spot fotonya banyak banget. kata temen saya, suasananya lebih bagus malam daripada siang berkat lampu yang pasti ribuan watt ini.
Ada konsep Hollywood, Italia, Prancis, Inggris sampai tematik kayak Harry Potter dan Buckhingham Palace.
Sebagai penutup kita keluar melewati gerbong kereta yang bergoyang-goyang dsertai suara kereta api beneran. Lucuk! gak itu aja di sekelilingnya disebutin juga sejarah kereta secara ringkas. Jadi enggggak banget nyesel ke sini kalau ke Malang.
Ketan Susu
Malang juga dipadati dengan restoran yang super banyak di sepanjang jalan. Mau nyobain apa aja ada. Tapi yang legendaris itu ketan susu yang ada di dekat alun-alun Kota Batu.
Warungnya sih kecil tapi jangan salah, semua orang berebut nyari tempat duduk. Hujan-hujan gini emang enak makan ketan susu yang juga menyediakan ketan kekinian pakai duren, coklat, ovaltine dan lain-lain plus susu. Duh hangatnya.
Masih kelaperan, akhirnya kita singgah lagi di ramen yang lumayan dipadati pengunjung. Tiba di hotel sudah hampir jam 10 malam
Pengin cepat-cepat melepas lelah, sembari bersyukur dianugerahi pekerjaan yang asik parah bisa curi-curi waktu buat jalan-jalan gini. Kerja sembari traveling. What a great job ever!
Baca Juga: Menjumpai Kesenangan di Malang (1)
Pagi-pagi udah harus siap-siap liputan menuju peternakan sapi di Pujon yang letaknya lebih jauh lagi dari Batu. Ternyata daerah ini sapi-sapi perahnya beneran gede-gede banget kayak yang suka ada di tipi dan mirip kayak di eropa kali hahaha (kayak udah pernah ke Eropa aja).
Yang patut diapresiasi, Nestle yang asli produk Eropa malah pakai produk susu lokal. Mereka juga memberikan pelatihan meski susu yang dibeli dari para peternak harganya masih murah.
Liputan ultah Nestle kali ini bukan cuma liat stand-stand di Pujon. Tapi langsung juga pantau sapi yang gemuk-montok, pulang-pulang saya bingung apa musti harus ke Museum Angkut ato balik ke hotel karena hujan dan nun jauh di sana rekan mantan merdeka.com sudah menunggu dan berjanji akan menemani keliling Malang.
Jadilah sayabalik ke hotel dulu naek angkot muter-muter karena gojek ditungguin gak dapet-dapet. Dengan segenap tenaga dan menembus gerimis manis kita langsung pergi ke Museum Angkut yang untungnya masih buka sampai jam 9 atau 10 malam. Dengan promo citilink, saya lumayan dapet diskon sekitar 25% hehe cuma nukerin nomor boarding. lumayan.
Museum Angkut
Museum ini mungkin salah satu museum yang terbilang cantik dan pengelolaannya terbukti profesional. Semula teman wartawan menyarankan untuk langsung menemui pengelola untuk mendapatkan tiket gratis, tapi tentunya upahnya adalah berita. Tapi saya menolak dengan alasan saya emang mau liburan tanpa mau menulis.
Alhasil dengan masih berbasah ria karena kehujanan, saya sama teman kudu melewati food court apung untuk bisa masuk ke entry area. lucu aja konsep food court ini tapi terbilang sempit dan terlihat sumpek, meski kelihatannya mau dibuat seperti pasar apung lengkap dengan sampan.
Baru masuk ke museum ini kita langsung disuguhkan dengan mobil-mobil bermerek yang klasik kayak cadillac, ferrari model lama dan macam-macam. Oh ya kalian ga boleh foto-foto pakai DLSR mending pake HP aj karena akan dikenai biaya.
Banyak atraksi di sini, yang terbaru adalah simulasi pesawat terbang tapi saya terlampau malas mengantri panjang dengan saingan anak-anak kecil hahaha...
Jadilah kita skip wahana ini, dan langsung beralih ke area tematik China yang cantik banget dengan lampion-lampion dan sepeda yang bisa kita naikin trus foto-foto.
Gerimis makin keras, hujan deras pun bikin saya kerepotan lantaran sebagian besar tempat foto ada di outdoor. Untung ada payung yang bikin suasa makin romantis dan sepi karena semua orang neduh, dan saya sibuk foto-foto dengan guyuran hujan dan lampu kerlap kerlip. Suka!
Tempat ini emang dikhususkan untuk pecinta selfi jadi spot fotonya banyak banget. kata temen saya, suasananya lebih bagus malam daripada siang berkat lampu yang pasti ribuan watt ini.
Ada konsep Hollywood, Italia, Prancis, Inggris sampai tematik kayak Harry Potter dan Buckhingham Palace.
Sebagai penutup kita keluar melewati gerbong kereta yang bergoyang-goyang dsertai suara kereta api beneran. Lucuk! gak itu aja di sekelilingnya disebutin juga sejarah kereta secara ringkas. Jadi enggggak banget nyesel ke sini kalau ke Malang.
Ketan Susu
Malang juga dipadati dengan restoran yang super banyak di sepanjang jalan. Mau nyobain apa aja ada. Tapi yang legendaris itu ketan susu yang ada di dekat alun-alun Kota Batu.
Warungnya sih kecil tapi jangan salah, semua orang berebut nyari tempat duduk. Hujan-hujan gini emang enak makan ketan susu yang juga menyediakan ketan kekinian pakai duren, coklat, ovaltine dan lain-lain plus susu. Duh hangatnya.
Masih kelaperan, akhirnya kita singgah lagi di ramen yang lumayan dipadati pengunjung. Tiba di hotel sudah hampir jam 10 malam
Pengin cepat-cepat melepas lelah, sembari bersyukur dianugerahi pekerjaan yang asik parah bisa curi-curi waktu buat jalan-jalan gini. Kerja sembari traveling. What a great job ever!
Baca Juga: Menjumpai Kesenangan di Malang (1)
Selasa, 03 Januari 2017
Ini Rahasia Mengejutkan tentang Kulit Badak dan Pantat Monyet
Primata atau monyet
Monyet termasuk ke dalam golongan mamalia atau biasanya dipanggil dengan primata. Monyet dalam bahasa inggris berarti monkey yang merujuk pada monyet yang mempunyai ekor panjang (banyak monyet yang tidak mempunyai ekor panjang seperti monyet jepang). Sedangkan monyet yang tidak berekor disebut dengan ape. Bobot tubuh anak monyet betina sekitar 80 kg tetapi ada juga bobot tubuh yang mencapai 200 kg seperti gorilla, jenis-jenis monyet juga beraneka ragam di dunia diperkirakan ada 200 jenis monyet. Jenis-jenis itu dibagi ke dalam golongan gorilla, orang utan, gibbon, kera (ape). Kera dan monyet berbeda kera tidak mempunyai ekor ataupun kantung pipi. Sebagian besar monyet sejak lahir bokongnya polos dan bokongnya keras. Hal itu agar ketika duduk lama di pohon bokongnya tidak sakit. Sedangkan kera tidak mempunyai pantat yang keras. monyet pantat merah itu karena pembuluh darah monyet dekat dengan kulit pantat monyet yang tidak ada bulunya jadi warnanya seperti darah.
Warna bokong monyet yang sudah dewasa lebih terang dibandingkan dengan monyet yang masih anak-anak lagipula jika monyet itu sehat maka warna bokongnya juga semakin merah. Sedangkan gorilla atau orang utan yang tinggal dibagian selatan mempunyai bokong yang berwarna cokleat tua
Badak
Badak adalah hewan besar setalah badak yang memakan rumput. Badak India dan badak jawa culanya satu sedangkan badak putih, badak hitam dan badak sumatera culanya ada dua.
cula badak sama seperti tanduk rusa tetapi sebenarnya kalau diperhatikan cula itu terbentuk dari kulit yang mengeras. Sama seperti kuku manusia yang mengandung keratin cula ini juga terus tumbuh, yang paling panjang bisa mencapai 1,2 m
Badak, gajah, kuda nil tergolong kedalam kelas pachydermata karena kulitnya yang keras. Kemudian walaupun berkulit keras tetapi jika dipegang seperti ban mobil yang bersifat elastis. Mereka menjaga temperatur badan mereka dengan melumuri diri mereka dengan lumpur atau tanah serta mandi. Di saat malam dan pagi hari mereka memakan alang-alang atau rumput. Mereka juga beristirahat di tengah hari yang panas dengan tidur dalam hutan atau berendam (contoh kuda nil)
kulit yang berubah menjadi cula
Selain badak jawa semua badak jantan maupun betina mempunyai cula. Tapi ada juga badak sumbu yang bercula satu dan bercula dua. Berbeda dengan hewan lain, cula badak bukan merupakan tulang dalam tetapi terbentuk dari kulit. Kulit terluar yang menjadi keras ini berasal dari albumin yang terbentuk dari keratin. Sehingga cula badak ini bisa dilihat juga sebagai benjolan.
Sumber
penulis : comicom
gambar : nemo, kim chang hoo
Baca Juga: Mengenal Lebih dalam Gajah Asia & Bunga Rafflesia
Di hutan apa sebenarnya Tarzan tinggal?
Monyet termasuk ke dalam golongan mamalia atau biasanya dipanggil dengan primata. Monyet dalam bahasa inggris berarti monkey yang merujuk pada monyet yang mempunyai ekor panjang (banyak monyet yang tidak mempunyai ekor panjang seperti monyet jepang). Sedangkan monyet yang tidak berekor disebut dengan ape. Bobot tubuh anak monyet betina sekitar 80 kg tetapi ada juga bobot tubuh yang mencapai 200 kg seperti gorilla, jenis-jenis monyet juga beraneka ragam di dunia diperkirakan ada 200 jenis monyet. Jenis-jenis itu dibagi ke dalam golongan gorilla, orang utan, gibbon, kera (ape). Kera dan monyet berbeda kera tidak mempunyai ekor ataupun kantung pipi. Sebagian besar monyet sejak lahir bokongnya polos dan bokongnya keras. Hal itu agar ketika duduk lama di pohon bokongnya tidak sakit. Sedangkan kera tidak mempunyai pantat yang keras. monyet pantat merah itu karena pembuluh darah monyet dekat dengan kulit pantat monyet yang tidak ada bulunya jadi warnanya seperti darah.
Warna bokong monyet yang sudah dewasa lebih terang dibandingkan dengan monyet yang masih anak-anak lagipula jika monyet itu sehat maka warna bokongnya juga semakin merah. Sedangkan gorilla atau orang utan yang tinggal dibagian selatan mempunyai bokong yang berwarna cokleat tua
Badak
Badak adalah hewan besar setalah badak yang memakan rumput. Badak India dan badak jawa culanya satu sedangkan badak putih, badak hitam dan badak sumatera culanya ada dua.
cula badak sama seperti tanduk rusa tetapi sebenarnya kalau diperhatikan cula itu terbentuk dari kulit yang mengeras. Sama seperti kuku manusia yang mengandung keratin cula ini juga terus tumbuh, yang paling panjang bisa mencapai 1,2 m
Badak, gajah, kuda nil tergolong kedalam kelas pachydermata karena kulitnya yang keras. Kemudian walaupun berkulit keras tetapi jika dipegang seperti ban mobil yang bersifat elastis. Mereka menjaga temperatur badan mereka dengan melumuri diri mereka dengan lumpur atau tanah serta mandi. Di saat malam dan pagi hari mereka memakan alang-alang atau rumput. Mereka juga beristirahat di tengah hari yang panas dengan tidur dalam hutan atau berendam (contoh kuda nil)
kulit yang berubah menjadi cula
Selain badak jawa semua badak jantan maupun betina mempunyai cula. Tapi ada juga badak sumbu yang bercula satu dan bercula dua. Berbeda dengan hewan lain, cula badak bukan merupakan tulang dalam tetapi terbentuk dari kulit. Kulit terluar yang menjadi keras ini berasal dari albumin yang terbentuk dari keratin. Sehingga cula badak ini bisa dilihat juga sebagai benjolan.
Sumber
penulis : comicom
gambar : nemo, kim chang hoo
Baca Juga: Mengenal Lebih dalam Gajah Asia & Bunga Rafflesia
Di hutan apa sebenarnya Tarzan tinggal?
Minggu, 01 Januari 2017
Ini Beda Erotisme & Pornografi
Erotisme dan pornografi masih menjadi hal yang tabu bagi sebagian masyarakat Indonesia yang menganut adat timur. Namun sesungguhnya dua kata tersebut amat jauh berbeda. Erotisme dalam berbagai definisi disimpulkan berkaitan dengan libido atau mengarah pada keinginan seksual. Sedangkan pornografi lebih menonjolkan penggambaran tingkah laku seksual dengan tujuan membangkitkan nafsu seksual. Yang patut diperhatikan juga, erotis dan pornografi saling kait mengkait karena sama-sama merujuk pada libido atau hasrat. Yang pasti tidak semua yang erotis itu pornografis tapi dalam pornografis selalu ada erotisme.
Satu hal perlu dicermati dalam penyajian karya yang memuat nilai erotisme yaitu kebudayaan para pembacanya. Sebab nilai erotisme bisa dimaknai luas ataupun sempit sesuai kebudayaan di tempat dan waktu tersebut. Sebagai contoh, Karya Sade (1740-1874) yang menggambarkan banyak adegan seks sadis. Sade mengatakan penggambaran itu dilakukan sebagai reaksi terhadap kehidupan sosial budaya yang terlalu dikekang dan diatur pada abad ke-17.
Di lain pihak juga, erotisme juga bisa dipandang dalam segi kebahasaan atau yang disebut dengan teks erotis. Lebih jelasnya, teks erotis adalah tindakan, keadaan dan suasana yang menggambarkan hasrat melalui kata-kata. Teks erotis dibagi menjadi dua yaitu teks erotis yang dipandang dari segi teks dan teks berdampak erotis yang dipandang dari dampak teks erotis. Dampak teks erotis erat kaitannya dengan teori semantik dan paradigmatik.
Pemberian makna teks erotis bisa dilalui dengan dua cara dalam semantik yaitu dengan cara konvesional dan situasional. Secara konvensional adalah dengan jalan pragmatik, sedangkan secara situasional bergantung pada komunikasi. Sehingga tak jarang novel, berita dan sebagainya menggunakan metafora agar tidak terlalu mentah atau menyinggung pembaca. Namun metafora inilah yang memunculkan beragam penafsiran berkali-kali dari pembaca. Maka bukan hanya pragmatik, unsur semantik yang berada di dalam metafora tersebut meluas menjadi semiotik. Semiotik ini membuat pembaca tidak menafsirkan teks satu kali tapi beberapa kali dengan bertumpuan pada tanda.
Selain itu, Jika dilustrasikan dampak erotis terhadap unsur pragmatis adalah sebagai berikut, E (dampak erotis) ← P (situasi pragmatis). Namun struktur itu belum cukup karena untuk melengkapi penafsiran pembaca harus menyertakan pengalaman dan pengetahuannya sehingga strukturnya menjadi E (dampak erotis) ← P (situasi pragmatik) ← p (pengalaman). Dari sini diketahui pragmatik tidak lepas dari peran serta komunikasi kebahasaanm peran konteks kebahasaan dan peran adat kebahasaan. Dalam pragmatik teks bukan hanya sekedar tuturan tapi memperlihatkan proses.
Seperti yang sebelumnya disebutkan, bukan hanya pragmatik yang mengambil peran dalam menafsirkan teks, semiotik sebagai pembaca tanda juga ambil bagian. Ada dua teori besar untuk memaparkan semiotik. Pertama, menurut teori trikotomis Pierce, proses pemakanaan melalui tiga tahap presepsi (representamen), perujukan (objek) dan interpretan (penafsiran). Ketiganya saling berhubungan untuk menimbulkan pemakanaan atau yang disebut dengan semiotik. Proses semiotik ini tak terjadi satu kali melainkan tak terhingga atau tak terbatas. Alasannya setiap proses interpretan berkembang menjadi representasi baru.
Kedua, model dikotomis dari de Saussure dan Barthes. Saussure menjelaskan proses semiotik akibat dari penanda (significant) yang kemudian diserap oleh penerima tanda. Di saat bersamaan penanda dikaitkan dengan petandanya (signifie). Menurut Saussure penanda dipandang sebagai suatu citra akustik. Teori Saussure selanjutnya dikembangkan oleh Barthes. Dalam model dikotomis Barthes hubungan penanda (ungkapan/E) dan petanda (isi/C) tidak terjadi satu kali tapi berlanjut. Hubungan atau relasi (R) sistem primer yang terdiri dari E1-R1-C1 berkelanjutan menjadi E2-R2-C2 atau yang disebut sebagai sistem sekunder. Sistem sekunder ini berorientasi dari ungkapan (E) dan isi (C). Jika sistem ini berorientasi pada E maka terjadi perluasan ungkapan namun isinya tidak berubah (gejala metabahasa). Sebagai contoh kata ‘senggama’ diganti dengan E lain yang isinya sama misalnya ‘berhubungan badan’ atau ‘coitus’. Sedangkan sistem sekunder berorientasi pada C atau isi yang ada adalah perluasan petanda (isi) bukan penandanya (gejala konotasi). Seperti kata bersenggama dipeluas C-nya dengan memperhatikan rasa dan nilai seperti kegiatan ‘seks yang menggairahkan’.
Dari segi sintagmatis, teks erotis selalu dilihat segi tempat dan distribusinya dalam struktur. Ahli linguistik Jean menyimpulkan teks erotis itu adalah hasrat yang didasari dari libido.Menurut Jean, kebanyakan teks erotis itu menjanjikan sesuatu tapi tidak memberikannya. Contoh, “dengan penuh gairah Didi mendekap Titi dan…”. Dari contoh tersebut kata-kata ‘mendekap’ adalah kata metafora yang sengaja dicantumkan agar tidak berkonotasi seronok, kasar atau cabul.
Kembali lagi melihat teks erotis dengan pendekatan semiotik, kali ini dengan teori trikotomis Pierce. Dari teori ini kita dapat mengetahui suatu teks itu berdampak erotis atau tidak. Caranya dengan melihat teks sebagai representamen terpisah-pisah dan keseluruhan. Kembali ke contoh “dengan penuh gairah Didi mendekap Titi dan…”, jika dilihat secara sepotong-potong atau terpisah kata metafor ‘mendekap’ bisa saja dilakukan untuk memeluk bayi atau memeluk wanita dengan penuh nafsu. Semua tergantung dari pengalaman pembacanya. Dengan cara melihat secara terpisah membuat interpretasi lebih terbuka dan memunculkan berbagai kemungkinan interpretasi.
Sedangkan dengan cara melihat teks dengan menyeluruh, kita ketahui dengan jelas subjek dan objeknya berlawanan jenis. Sehingga besar kemungkinan interpretasi erotis atau berdampak erotis. Untuk memperoleh pengertian non erotis tidak bisa lagi karena secara linguistik yakni kata ‘mendekap’ sudah memberi makna erotis. Yang patut diingat proses semiotik keduanya sama-sama tak terbatas.
Berbeda dengan Pierce, Saussure menjelaskan makna teks erotis dengan sistem sekunder yakni konotasi. Sebagai contoh puisi karya Sitor Situmorang yang sekilas tampak erotis namun jika pembacanya adalah seorang guru maka guru tersebut menerangkan dari sajak-sajaknya. Berbeda dengan murid yang langsung menangkap puisi tersebut sebagai teks berdampak erotis. Selain Saussure, Eco melihat teks erotis bukan hanya bisa ditafsirkan secara bebas tapi juga dihasilkan oleh kerja sama pembacanya. Teori ini tak jauh dari teori tentang isi (C) dari Barthes.
Sumber: Mata Kuliah Teori Kebudayaan Pasca Sarjana UI
Fakultas Ilmu Budaya
Dosen Benny Hoed
Satu hal perlu dicermati dalam penyajian karya yang memuat nilai erotisme yaitu kebudayaan para pembacanya. Sebab nilai erotisme bisa dimaknai luas ataupun sempit sesuai kebudayaan di tempat dan waktu tersebut. Sebagai contoh, Karya Sade (1740-1874) yang menggambarkan banyak adegan seks sadis. Sade mengatakan penggambaran itu dilakukan sebagai reaksi terhadap kehidupan sosial budaya yang terlalu dikekang dan diatur pada abad ke-17.
Di lain pihak juga, erotisme juga bisa dipandang dalam segi kebahasaan atau yang disebut dengan teks erotis. Lebih jelasnya, teks erotis adalah tindakan, keadaan dan suasana yang menggambarkan hasrat melalui kata-kata. Teks erotis dibagi menjadi dua yaitu teks erotis yang dipandang dari segi teks dan teks berdampak erotis yang dipandang dari dampak teks erotis. Dampak teks erotis erat kaitannya dengan teori semantik dan paradigmatik.
Pemberian makna teks erotis bisa dilalui dengan dua cara dalam semantik yaitu dengan cara konvesional dan situasional. Secara konvensional adalah dengan jalan pragmatik, sedangkan secara situasional bergantung pada komunikasi. Sehingga tak jarang novel, berita dan sebagainya menggunakan metafora agar tidak terlalu mentah atau menyinggung pembaca. Namun metafora inilah yang memunculkan beragam penafsiran berkali-kali dari pembaca. Maka bukan hanya pragmatik, unsur semantik yang berada di dalam metafora tersebut meluas menjadi semiotik. Semiotik ini membuat pembaca tidak menafsirkan teks satu kali tapi beberapa kali dengan bertumpuan pada tanda.
Selain itu, Jika dilustrasikan dampak erotis terhadap unsur pragmatis adalah sebagai berikut, E (dampak erotis) ← P (situasi pragmatis). Namun struktur itu belum cukup karena untuk melengkapi penafsiran pembaca harus menyertakan pengalaman dan pengetahuannya sehingga strukturnya menjadi E (dampak erotis) ← P (situasi pragmatik) ← p (pengalaman). Dari sini diketahui pragmatik tidak lepas dari peran serta komunikasi kebahasaanm peran konteks kebahasaan dan peran adat kebahasaan. Dalam pragmatik teks bukan hanya sekedar tuturan tapi memperlihatkan proses.
Seperti yang sebelumnya disebutkan, bukan hanya pragmatik yang mengambil peran dalam menafsirkan teks, semiotik sebagai pembaca tanda juga ambil bagian. Ada dua teori besar untuk memaparkan semiotik. Pertama, menurut teori trikotomis Pierce, proses pemakanaan melalui tiga tahap presepsi (representamen), perujukan (objek) dan interpretan (penafsiran). Ketiganya saling berhubungan untuk menimbulkan pemakanaan atau yang disebut dengan semiotik. Proses semiotik ini tak terjadi satu kali melainkan tak terhingga atau tak terbatas. Alasannya setiap proses interpretan berkembang menjadi representasi baru.
Kedua, model dikotomis dari de Saussure dan Barthes. Saussure menjelaskan proses semiotik akibat dari penanda (significant) yang kemudian diserap oleh penerima tanda. Di saat bersamaan penanda dikaitkan dengan petandanya (signifie). Menurut Saussure penanda dipandang sebagai suatu citra akustik. Teori Saussure selanjutnya dikembangkan oleh Barthes. Dalam model dikotomis Barthes hubungan penanda (ungkapan/E) dan petanda (isi/C) tidak terjadi satu kali tapi berlanjut. Hubungan atau relasi (R) sistem primer yang terdiri dari E1-R1-C1 berkelanjutan menjadi E2-R2-C2 atau yang disebut sebagai sistem sekunder. Sistem sekunder ini berorientasi dari ungkapan (E) dan isi (C). Jika sistem ini berorientasi pada E maka terjadi perluasan ungkapan namun isinya tidak berubah (gejala metabahasa). Sebagai contoh kata ‘senggama’ diganti dengan E lain yang isinya sama misalnya ‘berhubungan badan’ atau ‘coitus’. Sedangkan sistem sekunder berorientasi pada C atau isi yang ada adalah perluasan petanda (isi) bukan penandanya (gejala konotasi). Seperti kata bersenggama dipeluas C-nya dengan memperhatikan rasa dan nilai seperti kegiatan ‘seks yang menggairahkan’.
Dari segi sintagmatis, teks erotis selalu dilihat segi tempat dan distribusinya dalam struktur. Ahli linguistik Jean menyimpulkan teks erotis itu adalah hasrat yang didasari dari libido.Menurut Jean, kebanyakan teks erotis itu menjanjikan sesuatu tapi tidak memberikannya. Contoh, “dengan penuh gairah Didi mendekap Titi dan…”. Dari contoh tersebut kata-kata ‘mendekap’ adalah kata metafora yang sengaja dicantumkan agar tidak berkonotasi seronok, kasar atau cabul.
Kembali lagi melihat teks erotis dengan pendekatan semiotik, kali ini dengan teori trikotomis Pierce. Dari teori ini kita dapat mengetahui suatu teks itu berdampak erotis atau tidak. Caranya dengan melihat teks sebagai representamen terpisah-pisah dan keseluruhan. Kembali ke contoh “dengan penuh gairah Didi mendekap Titi dan…”, jika dilihat secara sepotong-potong atau terpisah kata metafor ‘mendekap’ bisa saja dilakukan untuk memeluk bayi atau memeluk wanita dengan penuh nafsu. Semua tergantung dari pengalaman pembacanya. Dengan cara melihat secara terpisah membuat interpretasi lebih terbuka dan memunculkan berbagai kemungkinan interpretasi.
Sedangkan dengan cara melihat teks dengan menyeluruh, kita ketahui dengan jelas subjek dan objeknya berlawanan jenis. Sehingga besar kemungkinan interpretasi erotis atau berdampak erotis. Untuk memperoleh pengertian non erotis tidak bisa lagi karena secara linguistik yakni kata ‘mendekap’ sudah memberi makna erotis. Yang patut diingat proses semiotik keduanya sama-sama tak terbatas.
Berbeda dengan Pierce, Saussure menjelaskan makna teks erotis dengan sistem sekunder yakni konotasi. Sebagai contoh puisi karya Sitor Situmorang yang sekilas tampak erotis namun jika pembacanya adalah seorang guru maka guru tersebut menerangkan dari sajak-sajaknya. Berbeda dengan murid yang langsung menangkap puisi tersebut sebagai teks berdampak erotis. Selain Saussure, Eco melihat teks erotis bukan hanya bisa ditafsirkan secara bebas tapi juga dihasilkan oleh kerja sama pembacanya. Teori ini tak jauh dari teori tentang isi (C) dari Barthes.
Sumber: Mata Kuliah Teori Kebudayaan Pasca Sarjana UI
Fakultas Ilmu Budaya
Dosen Benny Hoed
Langganan:
Postingan (Atom)