Memang ini perjalanan backpacker gw yang ga sendiri, biasanya solo traveling jadi suka semau-maunya atau ikutan open trip yang cuek aja karena ga kenal satu demi satu pesertanya. Jadi ya lebih banyak seneng dan susahnya karena lu tau sobat lu karakternya gimana, dan harus buka hati lapang-lapang. Mungkin travelingsama-sama temen itu cobaan untuk menaikkan derajat pertemanan lu kali ya.
Masalah bisa bertambah, begitu juga suka cita dengan masuknya -temannya-temen gw berikut ibunya. Nah. Lho! Beruntung, dibanding teman-teman gw yang lain gw termasuk yang paling cuek, jadi gak tergoncang banget klo ada tabrakan karakter.
Kita berangkat dengan pesawat delay 1 jam, dan sampai malam. Gw sempet sakit dan muntah-muntah setelah berkeliling malam mencari penginapan dan makan karena sejak kemarin kelelahan. Tapi setelah minum tolak angin gerrr lagi langsung sehat!.
Kita pilih penginapan di kawasan Kuta, persis banget pantainya di depan, jalan Popies II. Ga susah nemu penginapan di sini, asal berani masuk gang-gang, dan kita dapat harga hotel Rp 150 ribu per malam yang dibagi tiga hehe..... Enaknya di depan kamar langsung ada kolam renang, ada TV dan ada AC serta dapat sarapan pula. Hahaha surga banget ya. Soalnya persaingan hotel melati di sini lumayan ketat jadi kalau enggak banting harga gak laku. Pihak hotel juga menawarkan rental mobil sayang kita sudah keburu rental yang harganya jauh lebih murah. Kita rental untuk 8 jam sekitar Rp 50 ribu per orang per hari, termasuk bensin dan sopir. Kita ada berenam. Jadi lumayan lah. Sopirnya juga asyik namanya Bli Emon namun kadang-kadang suka gak asik klo dia ngadepin macet. Yaaa... gitu deh emosi sendiri.
Dari hotel kita start jalan jam 9, rute sepenuhnya kita serahkan ke Bli emon karena dia orang lokal dan kita dapat pemandu tur gratis. Hehehe. Jangan lupa tips.
- Ubud Monkey Forest
Destinasi pertama kita ke Ubud Monkey Forest, gw sebenarnya enggak suka monyet. serius! Bergidik melihatnya saja, maklum ada trauma mendalam. Si bli meyakini monyet di sini baik-baik enggak kayak di tempat lain. Sebenarnya enggak terasa wah tempat ini karena mirip-mirip Cibodas cuma monyetnya aja banyak haha... dan anehnya, monyet tropis ini disukai banget sama bule, gw heran di kampungnya kaga ada monyet apa hahaha... Beberapa monyet agresif sih ada juga yang lucu, jadi makin lama enggak takut walau tetep aja harus gandeng temen hahaa.
2. Bukit Kintamani
Bli emon menyarankan agar setelah ini kita ke Kintamani karena searah, udara sejuk bikin mood jadi kalem dan kita mau aja. Di bukit Kintamani kita disuguhkan oleh pemandangan gunung Batur yang hijau nian. Ga ada pemberhentian khusus kecuali kalian mau masuk ke rumah makan untuk berlama-lama menikmati ciptaan tuhan ini. Kita sempat masuk ke dalam restoran dan ya ampun harganya 100 ribu semua. Langsung balik kanan dan setelah foto-foto langsung ngacir pergi.
3. Wisata Batik Galuh
Di dalam mobil kita berdebar setelah ini mau ke mana, memang jadwal trip hari ini no pantai jadi kita mutusin nonton tari kecak, namun karena baru mulai jam 6 sore, jadi kita mutusin pergi ke Batu Bulan untuk lihat proses pembuatan batik yang bukan barang baru bagi orang Indonesia. Seperti yang sudah diduga, mahal-mahal booo... harganya dan memang sepertinya harga yang ditujukan untuk wisatawan berduit atau asing. Yaudah kita lihat-lihat saja.
4. Tari Kecak Ubud
Semula kita mau nonton tari kecak di Uluwatu namun karena takut hujan, karena di Uluwatu itu outdoor. Akhirnya kita pilih nonton kecak di Ubud ini. Harga tiket Rp 100 ribu. Waktu itu karena weekdays jadi lumayan sepi dan khitmad nontonnya. Tentu saja orang asing langsung berebut nonton paling depan. Pertunjukan yang digelar sejak petang sampai malam ini berlangsung 2 jam menampilkan tarian klimaks tari api. Memang yang memprihatinkan sebagian besar penarinya adalah orang tua dan sudah sepuh. Beberapa di antaranya masih muda tapi cuma hitungan jari. Sedih. Untung yang muda itu rupawan jadi lumayan cuci mata. Hahahaha.... gw si merasa pertunjukan ini sudah kelas internasional dengan tata lampu dan panggung yang terasa banget budayanya. Ya worthed lah sama harga 100 ribu jadi enggak nyesel nonton pertunjukan buatan dalam negeri ini.
5. Legian
Adalah suatu ketidaksengajaan saat menyusuri gang dan tau-tau nongol di Legian. Daerah yang amat sangat tidak nyaman bagi hijabers kayak gue dan teman-teman. Karena rasa penasaran kami tidak berbalik arah toh kami tidak melakukan apapun, apalagi masuk pub. Waktu itu sudah menunjukkan pukul 9 malam, ternyata ini namanya Legian memang tidak heran kenapa kawasan itu dibom. Memang beragam maksiat ada di sana, mulai gadis berpakaian mini dan joget-joget di pinggir jalan sembari melihat kami dengan ajaib sekaligus sinis. Suara musik dugem yang menghentak-hentak sampai klinik pijit yang mungkin esek-esek juga. Tak jarang kami disapa dengan salam yang aneh-aneh mulai dari Assalamualaikum sampai menawarkan magic mushrom alias narkoba ala Bali. Duh, ampun deh. Gak mau nyari ribut kita percepat langkah sampai tertuju di tugu penghormatan korban bom Legian. Duh, kasian banget dah nih orang-orang yang lagi dugem trus mati.
Bli juga pernah cerita dia sama temannya pernah lewat Legian, ternyata meski suasana hingar bingar tetep aja ada hantu-hantunya. bule-bule korban bom Bali 1 ngegodain mereka. Yah... namanya mati enggak wajar. Semoga gak terulang lagi deh teror-terornya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar