Kamis, 24 Maret 2016

Belitong-Warna dalam Laskar Pelangi I


Perjalanan ke Belitung adalah perjalanan dengan bersama teman seperjuangan di masa kuliah. Sebelum memutuskan ke Belitung sempat bingung juga karena nyaris bentrok dengan perjalanan dinas ke Palu. Setelah bergalau ria akhirnya kesampaian juga ke negeri laskar pelangi yang tetraloginya udah khatam dari dulu dan menginspirasi gue buat jalan-jalan ke tempat-tempat indah. Gue udah ketemu dan minta tanda tangan penulisnya langsung lho…. Norak! Hehehe… Bang Andrea Hirata padahal nawarin untuk mampir ke tempatnya kalau ke Belitong lagi. Pasti gue balik lagi, janji!



Oke perjalanan kali ini gue ikut trip keroyokan dengan pesawat yang beli sendiri, saat itu PP sekitar satu juta. Berangkat garuda pulang sriwijaya. Pas sampe di bandara Hanandjoeddin, kita langsung dijemput, Bang Ari, tour leader kali ini. Ada satu orang yang barengan kita, lelaki yang super rese dan super doyan selfi sampai ganggu orang dan akhirnya kena batunya, HPnya kecelup air hehehehe.

selfi di bandar

Manggar dan 1000 kedai kopi

Dari bandara kita enggak sempet nengok kuil dewi kuan In jadi langsung ke Manggar buat nyicip kopi asli Belitung. Beuh, memang benar sepanjang jalan banyak banget warung kopi. Di dalam novel  di tempat ini warga Belitung gemar nongkrong saban hari mulai dari ngmgin politik sampai ibu sebelah rumah. Andrea juga menggambarkan bahwa banyak orang Belitung lebih suka ngopi ngobrol ngalur ngidul daripada kerja. Memang beberapa warung kopi penuh tetapi banyak juga yang kosong melompong jadi gue rasa mereka udah mulai sadar supaya nongrong gak lama-lama lebih baik kerja hahaha…

Warung kopi Manggar
Gue merasa kopi Belitung enggak terlalu gimana gitu, wanginya juga enggak sesedap kopi aceh dan rasanya biasa aja kayak kopi kuli hehehe…. Cuma yang dijual Belitung itu adalah budaya ngopi bukan produk kopinya, menurut gue.

Kopi di Manggar adalah kopi kedua setelah menyesap kopi di pesawat tadi. Dan gue akan minum kopi lagi sorenya. Tiga gelas kopi ini membuat gue terjaga sampai jam 3 malam. Deritaaaa….

Batu Mentas

Wisata bantu mentas adalah wisata yang jarang dikunjungi orang kalau ke Belitung. Memang enggak banyak yang dijual di sini selain air semurni aqua dan hewan yang jarang dilihat Tarsius Bancanus yang dikandangin oleh penjaganya. Di sini kita Cuma main air sebentar terus balik.

 
Pantai Batu Satam

Ada icon yang paling mencolok kalau pergi ke Belitung. Mereka bangga banget sama batu satam alias batu meteor dari langit yang dipercaya pernah jatuh di Belitung. Mulai dari souvenir, tugu dan lain-lain dijual di sini. Salah satu kunjungan kita itu adalah pantai yang ada tugu batu satamnya dan pantainya surut banget dan enggak ada angin kayak di Bali jadi salah kalau mau foto pakai dress karena dressnya enggak terbang-terbang. Dan dari sini kita bisa foto-foto sebentar dan lihat pantai dari atas bukit. That’s all. Hehehe 
Jalan-jalan ke pantai


Museum Kata

Dari pantai itu kita searah ke museum kata yang didirikan Andrea Hirata. Sungguh andrea bukan hanya memberikan inspirasi dan sumbangsih kesusastraan tapi juga penghidupan dan perubahan sosial bagi masyarakat Belitung khususnya. Banyak yang cerita bahwa laskar pelangi sedemikian fenomenal sampai wisata di Belitung yang dulu sama sekali enggak dilirik jadi membludak. Bahkan beberapa orang yang saya temui mengatakan banyak orang luar daerah yang sengaja datang ke Belitung demi mencari Ibu Muslimah, tokoh guru yang hadir di novel tanpa tanda jasa.  Keren enggak tuh!

Apa sih isi museum kata? Sebenernya bagi gue sih enggak spesial-spesial banget. Cuma ada beberapa foto potongan film dan syair dalam laskar pelangi berikut dengan furniturnya. Semangat para laskar terasa sih di sini. 

Museum Kata


Sekolah Laskar Pelangi

Dari museum kata, kita menyusuri rentetan laskar pelangi lagi, yap kali ini sekolah settingan di filmnya. Ini bukan sekolah beneran lho tapi sengaja dibangun buat keperluan film. Di dalamnya ada bangku dan meja yang sudah kusam berikut tiang penyangganya. Letak sekolah ini berada di tengah kota padahal kebanyang kan sekolahnya sebenarnya dimana.
Sekolah Laskar Pelangi
Yang paling asyik di sekolah ini bukan sekolahnya sih, gue suka pasir-pasir di sekitaran sekolah berdinding kayu itu. Gue ngebayangin anak-anak main di pasir-pasir ini dan manjat pohon yang satu-satunya ada di sekolah ini. Sampai ngemper2 gak jelas tapi asyik aja. Maklum di Jakarta enggak ada lapangan lagi hahaha…
Mie Belitong

Malamnya kita nyobain mie Belitung yang wajib dicobain kalau ke sini. Sebenernya ada toko mie Bangka yang legendaris gitu tapi karena udah malem jadi udah tutup. Kita pilih yang masih buka aj deh. Rasa mie Belitung itu rada aneh di mulut gue dan kentel banget, rada-rada asem gitu karena pake cuka. Tapi semua tergantung selera sih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar