Minggu, 23 Oktober 2016

Eksotisme di Timur Indonesia yang Menggugah Nasionalisme- NTT (3)

Dari perbatasan NTT-Timor kita  balik lagi ke Kupang untuk terbang ke Flores Timur.Dengan pesawat mini, perjalanan ke Larantuka, Flotim ditempuh kurang dari 1 jam. Dari atas gw udah kayak orang gila karena bagus banget ngeliat jajaran pulau-pula lucu dan hijau-hijau yang enggak pernah gw  liat sebelumnya.


Sampai di bandara Larantuka, gue langsung loncat-loncat kegirangan dan temen-temen gue pura-pura gak kenal gara-gara malu. Sumpah bagus banget! Kalau kata temen gue, Flotim itu sampe langitnya pendek ya saking bagusnya. Bahkan temen gue yanga asli orang Manggarai Flotim bilang, kalau dilihat-lihat kampung gue ternyata bagus ya (yaelah kemana aja lu!)

 Dan kita dikasih penginapan yang lumayan bagus versi di sana dengan pemandangan bibir pantai. Hmmmmmmm....




Enggak bisa lama-lama terlena karena abis ini kita harus nyebrang ke Pulau Solor buat berburu cerita humanis lagi. Dari dermaga Larantuka ke Solor lumayan lama hampir sejam lagi. Tapi enggak apa-apa deh karena lautnya biru banget dan sampe mau tidur-tidur di atas dek perahu.






Sampai di Solor, enggak ada angkot atau mobil bagus yang bisa antar kita ke rumah narsum itu. Kita akhirnya naek mobil pikap yang udah disiapin dengan jalan super kecil.

Perjalanan selama 30 menit makin butuh perjuangan karena kita dsiram hujan. Berhenti dulu deh di kedai kopi yang cuma dari kayu-kayu yang ditiup angin kencang mungkin udah roboh tuh warung.

Antisipasi hujan lagi, kita pasang belakang pikap kita dengan terpal bener-bener adventure banget mana gw kebelet pipis akhirnya untuk kesekian kalinya numpang lagi di rumah orang. Beruntung mereka welcome banget meski gue cuma numpang buang aer.

Yang menarik sepanjang perjalanan kita juga bandel metik buah kopi yang sudah matang untuk dinikmati bersama. gak cuma itu karena di sini kita banyak banget nemuin makam di depan rumah yang dihias dan dibangun jauh lebih bagus dari pada rumahnya. Aneh kan.


Anak-anak, ibu-ibu gak takut, mereka duduk aja santai sambil ngobrol-ngopi di atas kuburan itu macem teras gitu.

Di sana juga gue banyak ketemu laki2 yang potongan rambutnya sama. Serius, potongan rambutnya sama. Semacam setengah pitak gitu dan sumpah itu aneh sekaligus lucu banget.






Di tempat ini gue ketemu anak kecil yang enggak sekolah. Keliatannya rajin dan ulet dalam pekerjaan tapi dia enggak sekolah karena bantu orangtua, semacam jadi kenek gitu. Hujan-hujan dia akhirnya pulang sakit. Sembari kasih kompres instan gue sama temen-temen wartawan lain bujuk dia buat sekolah dan akhirnya disambut baik sama panitia yang mau menyekolahkannya. Selamat! Gak boleh lagi ada anak yang putus sekolah.





Ok sampai di rumah narsum kita ngobrol ngalor ngidul. lagi-lagi soal TKI ilegal yang jadi profesi mereka, atau bahasa halusnya TKI swadaya karena yang mereka tahu mereka ke Malaysia berangkat sendiri tanpa jalur resmi pemerintah.

Saya sempat berbincang secara personal dengan istri pemilik rumah yang ternyata orang Jawa yang terpaksa pindah ke NTT karena ikut suami. Sungguh jarang terjadi yak.

Mau apapun itu, pilihan menjadi TKI Ilegal mereka anggap enggak dosa karena mereka emang nyari duit di tengah sulitnya pekerjaan di sana. Meski mereka tahu, mereka bisa pulang hanya nama atau sekalipun mati, jenazah mereka bisa aja luntang lantung. Bagi mereka itu bagian dari risiko kerja.




Kamis, 20 Oktober 2016

Cari Tahu tentang Budaya Minum Teh, Pernikahan, dan Pemakaman Unik dari China

Kebudayaan minum teh di China

Kebudayaan minum teh di China sudah ada sejak 4000 tahun lalu. Kalau kita pergi ke China dan menemukan daun teh kita dapat langsung meminumnya dengan menyeduh daunnya ke air panas. Sejak dulu air sangat berharga karena susah untk menemukan kualitas air yang baik. Terlebih lagi China terkenal dengan makanan yang berminyak sehingga minum teh menjadi sesuatu yang penting karena dapat mengurangi sampah dan kolesterol yang ada di dalam tubuh. 




Sama halnya dengan budaya minum teh yang telah berlangsung sejak lama, jenis teh yang ada sejak dulu pun beraneka ragam mulai dari teh merah, teh putih, teh oolong, teh hitam, teh phuer dan lain-lain. Khususnya teh longjing yang merupakan teh terbaik karena wangi dan rasanya enak.


Kebudayaan Menikah

Jika memperhatikan kebudayaan menikah China. Tidak akan ada wedding hall, sebagai gantinya mereka berkumpul bersama keluarga untuk acara makan bersama. Sebagai ucapan selamat para tamu juga menyiapkan uang dan setelah tamu pulang, pengantin berdiri di pintu untuk membagikan permen. Permen ini dalam bahasa China disebut sebagai ‘sitang’ yang berarti permen yang mengadung kebahagiaan



Pemakaman China

Saat pemakaman China, agar orang yang mati bisa melewati gerbang akhirat ditaruhkan uang, kemudian juga ada tradisi didandanin dan dibakar




Sumber: Seri Komik Pengetahuan Dolly, Terbitan Woonjin Thinkbig

Selasa, 18 Oktober 2016

Budaya Sudah Berubah Makna, Lalu Apa Arti Budaya Kini?

Pengalaman membuat kita memahami dan terus mengingat suatu hal, hal itulah yang kita bagi ke banyak orang. Pengalaman yang masuk ke kognisi ini, tidak mudah berubah tetapi justru menurun ke generasi selanjutnya. Pengetahuan dan pengalaman seperti ini disebut dengan skema.

Pengetahuan budaya atau skema budaya juga berproses dengan cara yang sama. Para ahli antropolog semula mengatakan budaya adalah ide dan perilaku yang dipelajari secara sosial, tetapi antropolog masa kini mendefinisikan budaya sebagai apapun yang bermakna (meaning). Hal itu tentunya menyebabkan perdebatan jika budaya erat dengan pemaknaan maka budaya erat juga kaitannya dengan bahasa.

Beberapa linguis dan filsuf seperti Locke dan Derrida mengatakan meaning is use, meaning is place in a system of signs dan meanings as endlessly deferred.  Tetapi Strauss dan Quinn  menolak tiga argumen tersebut, menurut dia jika meaning is use itu berarti manusia bertindak seolah-olah tidak dengan pikirannya, meaning is place in a system of signs maka manusia tidak punya sistem abstrak untuk menandai realitas, kemudian seandainya meanings as endlessly deferred membuat manusia bermain tanda tanpa henti padahal manusia juga butuh untuk memaknai apa yang dia lalui di sepanjang hidupnya. Sedangkan menurut Strauss dan Quinn, proses pemaknaan merupakan kombinasi antara ide dan perilaku.   


Pemaknaan terjadi saat kita menginterpretasikan objek dan peristiwa tertentu.  Interpretasi pada manusia meliputi identifikasi, perkiraan atau juga melibatkan perasaan dan motivasi.

Tidak seperti para ahli lainnya, Strauss dan Quinn berargumen bahwa interpretasi karena adanya hubungan antara intra dan interpersonal. Intrapersonal melibatkan proses mental yang pada akhirnya melahirkan skema atau pemahaman. Sedangkan interpersonal terjadi saat manusia belajar dari dunianya atau pengetahuan yang dihasilkan saat dirinya berinteraksi dengan manusia lainnya. 


Perlu dipahami juga intrapersonal dan interpersonal adalah dua  hal berbeda yang membentuk budaya meski begitu keduanya saling terhubung dan hanya dipisahkan dengan batasan tipis antara dua bidang ilmu yang berbeda yaitu psikologi dan antropologi. Kedua bidang ini tidak bisa terpisahkan untuk menjelaskan bagaimana pemahaman budaya terbentuk.

Sebab pemaknaan budaya terhadap sesuatu amat bergantung dari pengalaman dan cara pandang dia. Budaya pun lahir dari hubungan antar skema dengan dunianya. Jika dunia manusia tersebut berbeda dengan skema yang telah terbentuk maka bisa saja manusia tersebut memperbarui dunia sosial atau skemanya. Jadi bisa dikatakan skema merupakan tingkatan budaya yang lahir dari pengalaman manusia.












Selasa, 11 Oktober 2016

Eksotisme di Timur Indonesia yang Menggugah Nasionalisme - NTT (2)

Perjalanan di Timur Indonesia dilanjutkan ke perbatasan NTT dan Timor Leste. Kabupaten yang dikunjungi namanya Malaka, letaknya berbatasan dengan Timor Leste. Jadi kalau ke sini dapat SMS deh dari Telkomsel kalau kamu lagi ada di pebatasan dan kena roaming. Oke cakep! makanya langsung deh dimatiin sinyalnya.

Rumah si ibu yang satu ini letaknya di tengah pengunungan yang hijau yang udara sejuk dan segar banget. Sesampainya di sana kita disambut ibu-ibu yang sedang mengunyah sirih.

Udara dingin membuat gue selalu pengen buang air kecil dan setiap buang air kecil itulah gue degdegan karena hampir semua toilet mereka dekat dengan kandang babi. Yang dalam bayangan gue itu babi tiba-tiba keluar kandnag trus masuk ke wc yang gue lagi ad di dalamnya. horor banget kan.

Masalahnya babinya itu bukan babi pink2 tpi semacam celeng yang bulunya super hitam.

Oke balik lagi ke perkumpulan ibu-ibu Malaka ini. Gue selalu salut sama orang-orang yang meski kondisinya terbatas begini mereka tuh bisa maju. Ada ibu yang saat rumahnya terbakar habis dia mengadu nasib ke Malaysia meski jadi TKI ilegal, Pulang-pulang dia membangun rumah dan sekolah S1 dong. keren banget kan. Meski udah gak muda tetap sadar pendidikan. gue suka banget nih model begini!

Kita juga diajak ke rumahnya yang kalau di sana sudah lumayan bagus karena lantainya tidak lagi tanah dan rumahnya sudah semi tembok, berbeda dengan rumah kebanyakan di NTT khususnya perbatasan.

Yang mempunyai rumah tembok itu cuma PNS dan TKI konon katanya begitu, miris ya.



Oh ya, di part 1 gue lupa kalau gue sempet mampir fot-foto. Ketika temen gue anak jakpost sibuk foto di ladang jagung. Gue malah ilang ke rumah khas NTT, Umah Klaran.

Di sini ada seorang nenek yang asyik nyirih tanpa alas, pas ditanya gak bisa bahasa Indonesia dong. Untuk ada anaknya yang membatunya. cerita lengkapnya bisa dilihat di link ini.


https://www.merdeka.com/peristiwa/mengintip-umah-klaran-rumah-adat-ntt-yang-kental-ritual-adat.html

Oh ya catatan juga di NTT ini banyak keliran anjing liar. Untungnya banyak dari orang NTT mesti ga dikampanyein harus jangan sara, mereka udah tahu caranya menghormati tamu muslim


Mereka tidak menyajikan masakan babi dan mengusir anjing yang dekat2 saya karena saya ketakutan banget. hahahah

Lepas dari rumah si ibu keren itu, kita mampir ke pos perbatasan Timor Timur di Atambua. Sebenarnya mau masuk tapi enggak bawa paspos jadilah kita selfi2 aj di pos tersebut.



dan menjelang gerbang ditutup, hujan pun turun. Jalan menuju ke sana lumayan rusak dengan pepohonan rindang banget. Enggak jauh dari situ ada kamp pemukiman pengungsi korban konflik Timor waktu Timor mau merdeka.

Gue cuma ngeliat gubuk gubuk mereka, huh padahal rasanya mau banget ke sana dan dengar cerita-cerita mereka.

Kalau ke Malaka juga jangan lupa cicipi pisang pake sambel tomat. Pisang luan di sana rasanya mirip singkong jadi pas tuh pake sambel.