Selasa, 27 Desember 2016
Menjumpai Kesenangan di Malang (1)
Perjalanan Malang adalah perjalanan kedua gue selaku copywriter di detik.com. Alhamdulillah-nya, gue dapat tambahan hari di Malang gara-gara pesawatnya enggak ada yang sore untuk balik ke Jakarta.
Dan berarti ini adalah kesempatan gue bisa eksplor Malang makin besar. Hehehe.... udah mikir2 harus kemana dulu, biar semua destinasi wisata kebagian.
Nah sesampainya di sana, gue sempet galau karna mau hujan dan gak asyik banget, eksplore tempat wisata ujan. Karena ga mau galau kelamaan akhirnya gue langsung putusin cus dari hotel ke Jatim Park 2. Dipikir sih masih sempet, ternyata udah keburu tutup. TT. resee.... padahal tutupnya jam 6. dan gue ke sana masih jam 5 sore dong.
Ga mau bergalau ria, akhir gue jalan beberapa ratus meter buat ke Batu Night Spectacular yang baru buka jam 05.00 sore. Sembari nunggu gue ke rumah sosis di depan lokasi yang harganya lumayan banget dah, tapi ya sekali-kali.
Btw info aja, di sini waktunya lebih cepet jam 05.30 udah magrib dan udah gelap banget. jadi harus pinter-pinter hitung waktu.
Harga tiket utk masuk ke BNS ini sebenarnya murah sekitar 40 ribu tapi ada tiket terusan juga yang harganya 100 ribu. Untuk tiap wahana dikenai biaya sekitar 15 ribu-30 ribu aja. kamu bisa coba berbagai wahana yang mirip dufan mini sekaligus pasar malam hahaha....
gw coba beberapa wahana, kayak skr driving, bom-bom car, ontang-anting, wahana 3d, festival lampu dan lain-lain. karena gue datang kecepetan jadi belum banyak org apalagi itu bukan hari weekend.
Hasilnya buat nyoba wahana biar ga garing gw nunggu orang-orang ikut main wahana ini dulu. hahaha aneh ya...
begitu juga di festival lamp-nya gue harus deket2 orang trus minta difotoin, untuk solo traveling emang bagian ini yang enggak enak. hahaha...
tapi so far oke sih. oh ya, untuk ke sini klo malem2 rada susah karena gak ada angkot dari Kota Malang. Tapi di sekitar banyak losmen yang harganya miring. Amannya sih emang ke sini siang2 tapi klo mau ke BNS nunggu sampe malam hahahha....
Klo naek taksi lain lagi cerita karena harga taksinya ya selangit. tapi gw pp kena 150 ribu dari kota malang sampai batu. Menurut info kalau pake taksi khusus Batu harganya bisa berkali-kali lipat.
Malang emang penuh destinasi wisata, tapi susah angkot karena angkot ini biasa sampe sore. Gojek sih ada tapi jarang banget dan masih fokus di Kota Malang. Menurut orang Malang untuk taksi aja meskipun ada argo tapi orang Malang biasanya tawar menawar.
Tapi klo naek taksi based argo, deket aja bisa kena 30 ribu karna itu harga minimalnya. Bener2 gak ramah banget utk backpacker kayak gue. Yah alhasil abis dari sini tabungan terkuras habis wakaka....
Selasa, 13 Desember 2016
Jalan-Jalan di Kota Terlarang China
Lapangan yang paling besar di dunia, Lapangan Tianmen
Lapangan Tianmen China merupakan lambang pintu masuk Beijing yang mempunyai tinggi 33,7m. Lapangan ini dibangun saat Dinasti Ming lahir, arti dari Tianmen yaitu memerintah negara dengan aman sesuai mandat dari langit. Panjang gerbang depan sampai ke selatan dan utara yakni 880m, sedangkan panjang timur baratnya sekitar 500m dan dapat menampung seratus ribu orang.
Lapangan ini merupakan lapangan terbesar dan terluas di dunia. Dikenal juga sebagai balai agung rakyat (assembly hall) dan museum sejarah
Tempat tinggal kaisar yang seperti benteng besi
Bagian-bagian kota terlarang sebagian besar dibagi menurut kegiatan kaisar mulai dari urusan negara dan juga keseharian kaisar seperti makan, tidur, dan sebagainya. Bagunan-bangunan utama meliputi istana Nei Ting, Wai Chao dan lain-lain yang lantainya terdiri dari 40 tumpukan batu-batu sebagai tembok guna ntuk menghalangi penyusup.
Istana ini juga tidak pernah ditinggalkan oleh penjaganya, hal ini karena setiap malam sering ada para pembunuh yang bersembunyi di pepohonan sekitar istana. Jika kita berkeliling kota terlarang mungkin tidak ditemukan
adanya penjara
Foto pencipta rezim komunis Mao Zedong dimana-mana
Mao zedong (1893-1976) adalah pemimpin negara Republik Rakyat China, dia juga yang telah menciptakan kedamaian melalui kebijakan-kebijakannya, setelah kesulitan akibat perang yang terus meliputi China. Di salah satu bagian kota terlarang terpampang potret Mao Zedong, alasannya pada tahun 1949 Mao Zedong mendeklarasikan berdirinya negara Republik Rakyat China.
Di zaman Mao, tulisan aksara China pun berkembang, dengan dibuatnya aksara cina sederhana guna untuk memerangi buta huruf.
Sumber : World Culture China, Kang Yoon Ok, Komik hiitoon.com
Sumber : World Culture China, Kang Yoon Ok, Komik hiitoon.com
Selasa, 29 November 2016
Hebat! Bayi Sudah Bisa Membedakan Bahasa Asing
Sampai kini dualisme teori dan pendapat pemerolehan dan pembentukan persepsi anak belum bisa terpecahkan. Sebagian mengikuti Chomsky dan menganggap anak mampu berbahasa karena dorongan dari lingkungan dan sifat alami manusia. Tetapi setelah 50 tahun berlalu, pendapat lainnya dari Elman dan Saffran muncul dan menyanggah kemampuan bahasa bukanlah bersifat turunan tetapi lebih karena kemampuan anak dalam mengembangkan kemampuan bahasa.
Untuk membuktikan dua teori kuat tersebut serangkaian penelitian pun dilakukan untuk mencari tahu proses pemerolehan bahasa yang terjadi pada bayi setiap bulannya. Seperti High-amplitude Sucking (HAS) yang menjadikan kecepatan mengisap dot pada anak menjadi acuan. Di dalam dot tersebut ditaruh alat pengukur kecepatan untuk mengetahui apakah anak berekasi ketika diberi suara tertentu. Ada juga metode penelitian yang menggunakan conditional head-turn. Dengan metode ini, reaksi anak bisa dilihat dari perhatian yang diberikan anak terhadap objek dan suara tertentu. Reaksi dan kecenderungan yang diukur lewat dua metode itu akan menuntun anak membangun persepsi dan pengetahuan bahasa mereka.
Dari penelitian itu didapat bahwa setiap bulan, anak belajar bahasa untuk pertama kalinya dengan cara mengkategorikan suara yang dia dengar, dari situ dia mulai menghubungkan suara dengan kata dan akhirnya mampu berkomunikasi dengan orang lain. Liberman menyebutnya dengan persepsi kategorikal (Peter W Jusczyk 2000 : 46) .
Berikut adalah hasil penelitian pada anak yang menunjukan kecenderungan anak terhadap variasi suara tertentu :
1. Membedakan berbagai konsonan
Dari metode HAS tersebut, didapat bahwa bayi sudah bisa membedakan bunyi konsonan dan suku kata. Sebagai contoh Eimas pernah menguji anak berumur satu bulan. Saat itu dia memperdengarkan suara /b/ dan /p/ dengan jeda diantaranya. Hasilnya si bayi mampu membedakan bunyi /b/ dan /p/ seperti orang dewasa. Dari konsonan ini anak bisa membedakan aspek fonologis lebih jauh lagi. Seperti membedakan tinggi rendah konsonan tersebut pada umur dua bulan. Kemudian kemampuan ini berkembang saat anak sudah bisa membedakan huruf dan suku kata.
2. Membedakan bahasa asing
Meski belum punya pengetahuan dengan tentang bahasa asing, bayi ternyata mampu membedakan bahasa ibunya dengan bahasa asing. Dengan menggunakan metode HAS juga, seorang bayi Perancis berusia empat hari mampu membedakan bahasa Perancis dan bahasa Rusia. Sebab saat diperdengarkan kedua bahasa tersebut, isapan dot anak lebih cepat saat diperdengarkan bahasa Perancis daripada bahasa Rusia. Tetapi jika bayi tersebut berasal dari orang tua yang berbeda negara maka saat diperdengarkan bermacam-macam suara dari berbagai bahasa seperti Polandia, Rusia, Arab dan sebagainya, dia sama sekali tidak menunjukan kecenderungan pada bahasa apapun. Dari sini bisa disimpulkan anak lebih suka asal bahasa ayah ibu mereka.
Selain itu, peneliti lain mencoba membandingkan bahasa yang berbeda ke seorang anak. Dari percobaan Trehub seorang anak Kanada satu diperdengarkan suku kata dari bahasa Inggris dan bahasa Ceko. Ternyata anak mampu membedakan fonem yang mirip dalam bahasa Inggris dan Ceko. Tetapi hal justru tidak bisa dilakukan dengan baik oleh orang dewasa. Serangkaian penelitian juga dilakukan dan hasilnya sama, sehingga peneliti menyimpulkan semakin besar anak maka dirinya akan semakin sulit membedakan fonem yang mirip. Hal itu karena semakin bertambah dewasa maka semakin sering juga dia menemukan lingkungan bahasa yang berbeda yang menyebabkan dirinya tidak bisa fokus lagi. (Jacqueline Sachs dalam Jean Berko Gleason 2001 : 72).
Kemampuan membedakan bahasa asing ini tak lepas dari kemampuan anak membedakan ritme dan tekanan bahasa. Seperti yang diketahui di setiap bahasa memang mempunyai karakteristik baik berupa ritme dan tekanan berbeda. Seperti ritme di dalam bahasa Perancis dan Jepang dimana panjang huruf vokal dan konsonan berlainan. Pengetahuan seperti inilah yang akan mengantarkan anak mengetahui tataran fonologi lebih dalam.
3. Membedakan suara ibu
Banyak penelitian yang mengatakan bahwa suara ibu telah dideteksi anak sejak dalam kandungan. Menurut para peneliti menganut Nativis itu karena pola bicara ibu dan karakter prosodic bahasa ibu lebih mampu diserap sempurna dibandingkan yang lain (Peter W Jusczky 2000: 77). Hal tentu karena anak telah terbiasa dan menyimpan suara ibu di dalam memorinya sejak dia masih berada di dalam kandungan. Tak heran, jika setelah lahir respon terhadap suara ibu lebih tinggi dibandingkan dengan suara orang lain.
Peneliti Spence dan DeCasper yang membuktikan anak lebih menyukai suara ibunya yang asli ketika membacakan cerita dibandingkan dengan rekaman suara ibunya. Padahal suara itu sudah dibuat sedemikian mirip. Selain itu, bayi dianggap cepat tanggap terhadap bahasa asing yang diajarkan atau diucapkan ibunya. Jika si ibu sering mengulang-ulang bahasa asing tersebut maka anak diperkirakan mampu membentuk dan memperoleh bahasa asing itu lebih cepat.
4. Membedakan bunyi dan bahasa yang berpola
Bayi lebih menunjukkan kesukaannya pada bunyi dan bahasa yang punya berpola. Eksperimen ini pernah dilakukan pada bayi berumur 3 bulan. Seperti suara ibu, anak juga lebih suka dengan cerita yang sudah sering dibacakan dibandingkan dengan cerita yang baru. Apalagi cerita itu sering dibacakan sebelum dia lahir. Selain itu, bayi juga senang dengan kata-kata tertentu yang punya tekanan. Seperti pada kata baby, little dan robbin yang punya tekanan di suku kata awalnya. Menurut penelitian Jusczky, Cutler dan Redanz anak lebih menunjukkan kecenderungannya pada pola penekanan kata strong-weak dibandingkan weak-strong. Anak berusia enam bulan mendengar lebih lama pada kata berpola strong week dibandingkan pola lain (dalam Eve Clark 2009 : 60). Pola-pola seperti disebut dengan prosodic features.
Meski begitu ada perbedaan persepsi pola di setiap negara. Contohnya orang tua Afrika-Amerika di Carolina yang tidak pernah menggunakan pola bicara yang tinggi kepada anak, jika hal yang terjadi demikian maka mungkin ada pola lainnya untuk menarik perhatian anak.
5. Happy Talk
Seperti manusia pada umumnya, anak juga menyukai jika orang dewasa berbicara bahagia atau happy talk dengan lawan bicaranya. Dari percobaan yang dilakukan oleh Sigh didapat bahwa anak berumur enam bulan mendapat dampak postitif jika orang-orang di sekelilingnya bahagia (Jacqueline Sachs dalam Jean Berko Gleason 2001 : 49). Bahkan anak mampu mendeteksi jika ibu mereka sedang mengalami depresi. Sebab ibu yang depresi tidak banyak memproduksi kata-kata berpola seperti yang disukai anak. Jika ini terus berlanjut dikhawatirkan kemampuan komunikasi anak tidak berjalan optimal.
Selasa, 15 November 2016
Eksotisme di Timur Indonesia yang Menggugah Nasionalisme- NTT (4)
Perjalanan untuk mencari cerita untuk dituliskan berlanjut ke Pulau Adonara, Flores Timur. Perjalanan ke Adonara tidak terlampau jauh dari Larantuka. Namun banyak beredar berita bahwa terkadang di antara laut ini kerap terjadi pusaran misterius,
Kendati gak sejauh perjalanan lalu ke Solor, namun perjalanan ke Adonara lebih berbahaya karena arus misterius yang bisa menenggelamkan perahu. Makanya perlu hitungan waktu untuk menyeberang ke sana.
Adorana sama seperti pulau di sekitar Flores lainnya. Mungkin kata orang kota disebut tertinggal karena aksesnya sulit, masih banyak hutan, listrik dan sinyalpun tidak terjamin keberadaanya. Tapi tahukah kamu, dari pulau-pulau di Flores ini kita bisa menemukan makna keberagaman sebenarnya. Mungkin menemukan Indonesia seutuhnya.
Ya meski gue memakai jilbab sebagai identitas Muslim gue, namun mereka benar-benar menghormati gue. Menyediakan tempat salat, mengusir anjing yang saya takuti, tanpa melihat kalau gue bukan bagian dari mereka secara agama.
Ok, balik lagi ke topik. Kalau di Pulau Solor kita harus naik mobil pikap untuk menuju pusat pemukiman, di Adonara kita udah disediakan ojek yang sopirnya anak-anak semua. Dari wawancara singkat gue, si pengemudi rupanya baru pada pulang sekolah dan sekolahnya berada di beda kecamatan. Di sana sekolah hanya bisa dihitung jari. Sedih kan, beberapa harus berkorban waktu hanya untuk pergi ke sekolah. Jadi kurang bersyukur apa kita yang sekolah di Jakarta. Masih belagu?!
Di sana gue ketemu ketua RW salah satu desa. Meski ketua RW dia banyak memberi inspirasi. Dia adalah salah satu pemonitor para TKI swadaya di Malaysia. Meski berada di pelosok, dia selalu rajin menyapa warganya yang jadi TKI melalui Facebook. Cerdik bukan!
Jangan kamu kira ini cuma perihal sepele karena dia harus menyebrang pulang supaya dapat sinyal dan mengecek kabar dari warganya. Perjuangan banget kan. Pak RW ini juga paling kritis saat banyak guru di tempatnya bekerja melakukan pungli. Hmmm....
Selama kita mengobrol, sang istri sibuk memasak. Dan ya mereka menunjukan personifikasi Indonesia kental banget , ramah dalam menerima tamu. Hingga akhirnya, kita bisa bersantap jagung titi sebagai pengganti nasi lengkap dengan sayur bening dan ikan, Hmmmm enak.....
Sepengelihatan gue di sana ada yang unik. Banyak rumah di NTT menaruh sound system dan speaker bersar-besar di depan rumah mereka. Usut punya usut orang NTT gemar berpesta dan menyalakan musik besar-besar. Mereka bangga kalau mereka bisa nyalain musik segede-gedenya. Lucu ya.
Keesokan harinya kita naik ke daratan tinggi di Larantuka. Jalan berkelok hampir membuat gue mabok tapi sesampai di sana, bergabung dengan wartawan lokal, gue langsung disambut sama lucunya anak-anak yang lagi manjat-manjat pohon beringin. Lucu banget, gue jadi kangen masa kecil dan emang aktivitas kayak gini udah jarang banget di Jakarta. Bahkan enggak ada kali.
Langsung deh tancap gas ikutan naik-naik sambil ketawa-tawa sama anak-anak abis itu malah enggak bisa turun. hahahaha.,... untuk wartawan itu karakternya emang laki banget, langsung aja rekan wartawan menyediakan tubuhnya untuk menopang saya wkwkwkwk.... gentle abis.
Selesai dari kumpul-kumpul di forum desa, pulangnya kita menyempatkan foto-foto barenga-bareng di salah satu tebing. Wah seger banget pokoknya dan emang keliatan indah banget apalagi sama orang-orang yang seru.
Kita juga mampir ke dermaga untuk menikmati sunset dan ternyata lagi mendung. Namun enggak buat keindahannya hilang, Malah kita bisa foto-foto ala ala video klip gitu hahahha.... sapa dulu yang foto. Sayang banget klo orang yang udah ke tempat bagus tapi fotonya ga bagus. Gue suka misuh-misuh kalau tempatnya bagus tapi foto orangnya lebih gede daripada foto pemanandangannya hahaha... klo selfi gitu mah di rumah juga bisa orang isinya muka lu semua hahaha
Pulangnya udah ditutup cantik dengan pelangi. Wah gimana gak kerasa komplit bgt kan perjalanan ini. Hmmm...
Kita juga sebagai Indonesia harusnya belajar dari pelangi yang berwarna warni menyatu, melengkung memberi pesona bagi orang yang melihatnya. Kita Indonesia juga beda-beda dan harusnya belajar menyatu dalam perbedaan dan membuat orang terpana melihatnya. Hiks....
Kembali ke Kupang
Sudah saat saya sama teman-teman jurnalis balik ke Kupang. Keesokan harinya kita sudah harus pulang. Godaan untuk extend di daerah paling cantik ini menggedor gedor relung hati saya (cieileh), karena akan amat sulit lagi saya ke sana. Apalagi saya pengen banget nyebrang ke lembata yang juga punya pemandangan tak kalah bagus. Ada juga Danau Kalimutu sampai Manggarai yang suka ada di website dunia.
Sesampainya di Kupang udah letih banget 9 hari ini, harus penuhin undangan DPRD lagi untuk dengar pendapat soal TKI ilegal ini. Mencoba semangat, untung teman-teman jurnalis yg bareng asyik asyik bisa jadi tempat curhat (lho kok!).
Habis selesai acara kita gak mau ngelewatin episode beli oleh-oleh yang cukup nguras kantong karena beli kain ikat NTT lumayan mahal. Tapi mana tega lu nawar rendah sama pedagangnya karena tahu gimana susahnya bikinya dan gimana lu bantu mereka dengan beli produk kain ikat.
Kemudian dengan baik hatinya, driver kita nganterin ke wisata di dekat situ gara-gara gue komporin untuk bisa kemana gitu di akhir terakhir. Dan sampailah kita di air terjun Oenesu. yang letaknya lumayan terpencil dan gak terurus. Kasihan! padahal air terjun ini lumayan jernih dan bersih, beberapa pemuda juga cliff jump di sini. Asyik banget tapi karena enggak bawa baju, mikir2 deh buat nyebur.
Di sini kita bisa naik ke beberapa tingkatnya. Tenang aja enggak batunya licin kok. Setelah puas main-main dan dapet foto keren, akhirnya kita balik dan keingetan kembali klo kita sebenarnya sudah capek banget. Sore di hotel saya langsung tepar dana entah kenapa sedih banget hati karena besoknya harus pulang dan ternyata ini firasat kalau ternyata ibu dari orang terdekat saya meninggal. Hufft...
Bagaimana pun saya merasa beruntung pernah menginjakkan kaki di sini. Di tempat yang bagi banyak orang disebut 'kepingan surga Indonesia'. Jadi jangan sayang sama uangmu buat pergi ke sini. Dijamin enggak nyesel!
Kendati gak sejauh perjalanan lalu ke Solor, namun perjalanan ke Adonara lebih berbahaya karena arus misterius yang bisa menenggelamkan perahu. Makanya perlu hitungan waktu untuk menyeberang ke sana.
Adorana sama seperti pulau di sekitar Flores lainnya. Mungkin kata orang kota disebut tertinggal karena aksesnya sulit, masih banyak hutan, listrik dan sinyalpun tidak terjamin keberadaanya. Tapi tahukah kamu, dari pulau-pulau di Flores ini kita bisa menemukan makna keberagaman sebenarnya. Mungkin menemukan Indonesia seutuhnya.
Ya meski gue memakai jilbab sebagai identitas Muslim gue, namun mereka benar-benar menghormati gue. Menyediakan tempat salat, mengusir anjing yang saya takuti, tanpa melihat kalau gue bukan bagian dari mereka secara agama.
Ok, balik lagi ke topik. Kalau di Pulau Solor kita harus naik mobil pikap untuk menuju pusat pemukiman, di Adonara kita udah disediakan ojek yang sopirnya anak-anak semua. Dari wawancara singkat gue, si pengemudi rupanya baru pada pulang sekolah dan sekolahnya berada di beda kecamatan. Di sana sekolah hanya bisa dihitung jari. Sedih kan, beberapa harus berkorban waktu hanya untuk pergi ke sekolah. Jadi kurang bersyukur apa kita yang sekolah di Jakarta. Masih belagu?!
Di sana gue ketemu ketua RW salah satu desa. Meski ketua RW dia banyak memberi inspirasi. Dia adalah salah satu pemonitor para TKI swadaya di Malaysia. Meski berada di pelosok, dia selalu rajin menyapa warganya yang jadi TKI melalui Facebook. Cerdik bukan!
Jangan kamu kira ini cuma perihal sepele karena dia harus menyebrang pulang supaya dapat sinyal dan mengecek kabar dari warganya. Perjuangan banget kan. Pak RW ini juga paling kritis saat banyak guru di tempatnya bekerja melakukan pungli. Hmmm....
Selama kita mengobrol, sang istri sibuk memasak. Dan ya mereka menunjukan personifikasi Indonesia kental banget , ramah dalam menerima tamu. Hingga akhirnya, kita bisa bersantap jagung titi sebagai pengganti nasi lengkap dengan sayur bening dan ikan, Hmmmm enak.....
Sepengelihatan gue di sana ada yang unik. Banyak rumah di NTT menaruh sound system dan speaker bersar-besar di depan rumah mereka. Usut punya usut orang NTT gemar berpesta dan menyalakan musik besar-besar. Mereka bangga kalau mereka bisa nyalain musik segede-gedenya. Lucu ya.
Keesokan harinya kita naik ke daratan tinggi di Larantuka. Jalan berkelok hampir membuat gue mabok tapi sesampai di sana, bergabung dengan wartawan lokal, gue langsung disambut sama lucunya anak-anak yang lagi manjat-manjat pohon beringin. Lucu banget, gue jadi kangen masa kecil dan emang aktivitas kayak gini udah jarang banget di Jakarta. Bahkan enggak ada kali.
Langsung deh tancap gas ikutan naik-naik sambil ketawa-tawa sama anak-anak abis itu malah enggak bisa turun. hahahaha.,... untuk wartawan itu karakternya emang laki banget, langsung aja rekan wartawan menyediakan tubuhnya untuk menopang saya wkwkwkwk.... gentle abis.
Selesai dari kumpul-kumpul di forum desa, pulangnya kita menyempatkan foto-foto barenga-bareng di salah satu tebing. Wah seger banget pokoknya dan emang keliatan indah banget apalagi sama orang-orang yang seru.
Kita juga mampir ke dermaga untuk menikmati sunset dan ternyata lagi mendung. Namun enggak buat keindahannya hilang, Malah kita bisa foto-foto ala ala video klip gitu hahahha.... sapa dulu yang foto. Sayang banget klo orang yang udah ke tempat bagus tapi fotonya ga bagus. Gue suka misuh-misuh kalau tempatnya bagus tapi foto orangnya lebih gede daripada foto pemanandangannya hahaha... klo selfi gitu mah di rumah juga bisa orang isinya muka lu semua hahaha
Pulangnya udah ditutup cantik dengan pelangi. Wah gimana gak kerasa komplit bgt kan perjalanan ini. Hmmm...
Kita juga sebagai Indonesia harusnya belajar dari pelangi yang berwarna warni menyatu, melengkung memberi pesona bagi orang yang melihatnya. Kita Indonesia juga beda-beda dan harusnya belajar menyatu dalam perbedaan dan membuat orang terpana melihatnya. Hiks....
Kembali ke Kupang
Sudah saat saya sama teman-teman jurnalis balik ke Kupang. Keesokan harinya kita sudah harus pulang. Godaan untuk extend di daerah paling cantik ini menggedor gedor relung hati saya (cieileh), karena akan amat sulit lagi saya ke sana. Apalagi saya pengen banget nyebrang ke lembata yang juga punya pemandangan tak kalah bagus. Ada juga Danau Kalimutu sampai Manggarai yang suka ada di website dunia.
Sesampainya di Kupang udah letih banget 9 hari ini, harus penuhin undangan DPRD lagi untuk dengar pendapat soal TKI ilegal ini. Mencoba semangat, untung teman-teman jurnalis yg bareng asyik asyik bisa jadi tempat curhat (lho kok!).
Habis selesai acara kita gak mau ngelewatin episode beli oleh-oleh yang cukup nguras kantong karena beli kain ikat NTT lumayan mahal. Tapi mana tega lu nawar rendah sama pedagangnya karena tahu gimana susahnya bikinya dan gimana lu bantu mereka dengan beli produk kain ikat.
Kemudian dengan baik hatinya, driver kita nganterin ke wisata di dekat situ gara-gara gue komporin untuk bisa kemana gitu di akhir terakhir. Dan sampailah kita di air terjun Oenesu. yang letaknya lumayan terpencil dan gak terurus. Kasihan! padahal air terjun ini lumayan jernih dan bersih, beberapa pemuda juga cliff jump di sini. Asyik banget tapi karena enggak bawa baju, mikir2 deh buat nyebur.
Di sini kita bisa naik ke beberapa tingkatnya. Tenang aja enggak batunya licin kok. Setelah puas main-main dan dapet foto keren, akhirnya kita balik dan keingetan kembali klo kita sebenarnya sudah capek banget. Sore di hotel saya langsung tepar dana entah kenapa sedih banget hati karena besoknya harus pulang dan ternyata ini firasat kalau ternyata ibu dari orang terdekat saya meninggal. Hufft...
Bagaimana pun saya merasa beruntung pernah menginjakkan kaki di sini. Di tempat yang bagi banyak orang disebut 'kepingan surga Indonesia'. Jadi jangan sayang sama uangmu buat pergi ke sini. Dijamin enggak nyesel!
Minggu, 06 November 2016
Mengenal Lebih dalam Gajah Asia & Bunga Rafflesia
Gajah Asia adalah gajah yang hidupnya di Asia termasuk India, Sumatera dan Kalimantan. Dibandingkan dengan gajah Afrika, gajah ini bobotnya lebih kecil karena Panjangnya sekitar 5,5-6,4 m, lebar pundak sekitar 2,5-3m dan berat 3,5 ton. Warna tubuhnya bermacam-macam dari abu-abu hingga cokelat. Di bagian kulit dadanya terdapat bercak-bercak.
Gajah ini juga hidupnya berkelompok, satu kelompok terdiri dari lebih 20 ekor gajah dan mendiami hutan juga semak-semak. Saat panas mereka akan mengibas-ngibaskan telinga mereka sambil minum dan beristirahat. Pada saat malam dan pagi hari mereka makan makanan seperti rumput, daun, buah, kulit pohon dan lain-lain. masa kehamilan gajah ini berlangsung 18-22 bulan, anak gajah yang baru lahir lebar pundaknya sekitar 1m, dan beratnya 90kg.
Jenis-jenis gajah Asia dibagi menjadi 4 jenis yaitu gajah India (E.m.bengalenesis), gajah Srilanka (E.m.maximus), gajah Malaysia (E.m. hirsutus), gajah Sumatera (E.m. sumateramus). Di antara jenis gajah di atas gajah yang jumlahnya semakin sedikit adalah gajah Srilanka oleh karena itu pada tahun 1965 gajah tersebut dijadikan sebagai satwa yang dilindungi.
Rafflesia, Bunga Paling Besar di Dunia
Rafflesia adalah tanaman parasit yang hidup di daerah tropis seperti kepulauan Asia Tenggara, semenanjung Malysia dan lain-lain. dikenal sebagai bunga terbesar di dunia. Bunga terbesar yang pernah ditemukan di Malaysia berukuran 1m dengan berat 11kg.
Oleh karena bunga ini adalah tumbuhan parasit maka untuk mendapatkan makanan dan nutrisi, bunga ini bergantung dari tanaman yang ditempelinya. Sehingga bunga tidak seperti bunga lainnya karena tidak mempunyai daun, akar, batang, sel stomata dan lain-lain.
Organ vegetatif Rafflesia mirip seperti benang berserat-serat, benang ini yang meresap dan mengambil nutrisi dari batang tanaman yang ditempelinya.Setelah terbentuk kuncup bunga Rafflesia, kemudian di dalam kuncup bunga Rafflesia tersebut akan membentuk lingkaran yang bentuknya sepertfi kubis. Kalau sudah begitu kuncup bunga Rafflesia terbuka dan bunga akan mekar. Untuk memunculkan bunga lain yang berasal dari benih kuncup diperlukan waktu 1-2 tahun. Proses agar bunga ini mekar memakan waktu hingga 1 bulan namun waktu mekarnya bunga hanya berlangsung 3-7 hari.
Sumber
Pengetahuan ekologi dalam komik petualangan
Penulis : comicom/gambar : nemo
Penerbit : comicom
Jumat, 04 November 2016
Proses Pemerolehan Bahasa & Pembentukan Persepsi Anak
Sulit dibayangkan jika manusia yang telah lancar berbicara bahkan berbicara bahasa asing, sewaktu kecil hanya bisa mengucapkan sepatah kata bahkan dengan tidak lancar. Misteri terbentuknya persepsi bahasa pada bayi pun mulai diungkap banyak peneliti. Seperti penelitian yang pernah dilakukan oleh Dehaene Lambertz terhadap dua otak orang dewasa dan bayi, ternyata ditemukan bahwa otak bayi bekerja sama baiknya dengan otak dewasa dalam memroses bahasa, itu dilihat dari aktivitas Hemisphere bagian kiri saat mendengar bahasa (dalam Judit Gervain dan Jacques Mehler 2009: 210). Oleh karena itu, Lambertz percaya bahwa pengetahuan bahasa anak berkembang secara alami.
Pendapat lainnya yang mengatakan proses perkembangan itu datang dari stimulus yang diberikan oleh orang lain di lingkungannya (Julie Docrkrell dan David Messer 1999: 24). Para peneliti ini membuktikan teori mereka dengan mengacu pada reaksi anak, seperti lewat gerakan kepala, kuat dan cepatnya mereka menyedot susu mereka dan lain-lain. Dari situ diketahui bagaimana anak mempersepsikan bahasa yang dia tangkap lewat suara hingga akhirnya berkembang dan anak akhirnya mampu memproduksi bahasa.
PROSES PEMEROLEHAN BAHASA DAN PEMBENTUKAN PERSEPSI ANAK
Manusia pada hakikatnya belajar bahasa untuk pertama kali melalui suara. Dari suara yang dia terima tersebut, manusia merekonstruksi gambaran fonologikal kemudian diterjemahkan ke dalam struktur semantik dan leksikal yang sudah ada di dalam kognisinya. Sebagai contoh ketika seseorang mendengar kata “gadis itu bersama dengan anjingnya” maka yang terjadi seperti gambaran berikut ini.
Sistem audio → gambaran fonologikal → pemilihan leksikal → gambaran sintaksis → image (fundamental) (Eva M Fernandez dan Helen Smith Cairms 2011 : 170)
Proses ini adalah proses persepsi bahasa yang terjadi di dalam manusia. Begitu juga pada bayi, suara menjadi alat untuk bayi belajar memperoleh bahasa tetapi tidak seperti proses di atas, bayi belum memiliki data atau pengetahuan bahasa yang dia simpan di kognisi untuk menemukan meaning. Sehingga dia harus memulai pemerolehan bahasa dari satuan terkecil bahasa yaitu suara. Ada dua teori besar yang mengemukakan soal pembentukan persepsi anak. Teori tersebut adalah teori Nativist dan teori Statistikal.
1. Teori Nativis
Teori pertama dipelopori oleh Chomsky yang menganggap pemerolehan bahasa merupakan proses biologi yang dikodifikasi yang terjadi secara alami atau singkatnya bisa dikatakan pembentukan bahasa merupakan bawaan lahir dan sesuatu yang diturunkan (Judit Gervain dan Jacques Mehler 2009: 193). Salah satu contohnya, teori dari Birnholz dan Benaceraaff yang mengatakan sistem pendengaran anak sudah bisa berfungsi sejak dia masih menjadi janin di tiga bulan terakhir dalam masa kehamilannya (dalam Peter W Jusczyk 2000 : 75). Oleh karena itu, nantinya persepsi anak akan lebih kuat dan responsif jika ibu yang memberikan stimulus bahasanya. Tetapi teori dianggap tidak mempunyai cukup bukti hingga pada akhirnya teori ini disaggah oleh kaum penganut empirisme atau statistikal.
Noam Chomsky |
Penelitian lain pernah dilakukan oleh Behaene Lamblettz untuk membuktikan teori ini, Lamblettz mengatakan orang dewasa bisa mengkoreksi tata bahasa dengan aktivasi otak kanan, ternyata proses serupa juga terjadi di otak kanan anak yang baru lahir. Sehingga tak heran anak bisa membedakan mana tata bahasa yang salah mana yang tidak meski dia belum punya pengetahuan dasar bahasa. Chomsky juga berpendapat bahwa anak punya kemampuan untuk menyerap aturan bahasa dari lingkungannya tanpa harus diajarkan sehingga anak Inggris dan anak Jepang mampu membuat dan membedakan aturan bahasa Verb-Object dari lingkungan sekitarnya. Proses pembentukan persepsi dengan karakteristik bahasa seperti ini disebut dengan bootsrapping. Pinker sebagai pencetus teori ini mengatakan ada dua cara agar anak mampu membentuk persepsi dan menghubungkannya dengan karakter bahasa di lingkungannya.
Pertama lewat potongan kata yang dia tangkap dari orang di sekitarnya terutama ibu. Anak mampu memilah, menguraikan dan membatasi ujaran ibu. Dari sini anak akan mulai belajar mendeteksi dimana letak kata benda yang biasanya berada di belakang kalimat. Sebagai contoh “Ini adalah sapi” dan “Lihat itu gajah”. Dari sini anak mulai melakukan pelabelan. Dengan memanfaatkan ketertarikan anak pada objek-objek visual yang anak lihat, orang tua bisa mengajarkan anak pelabelan bahkan saat anak berada di usia kurang dari satu tahun.
Peranan orang tua untuk mengenalkan nama suatu objek bisa dilakukan dengan sambil bermain, menunjukan gambar di buku dan lain-lain. Interaksi seperti ini disebut dengan joint attention. Patut diketahui anak lebih memahami dan mudah menerjemahkan jika orang tua menyertakan referensi pada anak seperti gambar. Atau dalam kata lain, anak lebih paham dengan sentence frame dibandingkan dengan isolation word. Seperti pada percobaan yang menguji dua kelompok anak berusia 9 bulan. Kelompok pertama diberi gambar kelinci dan si penguji menyebut kata ‘kelinci berulang-ulang. Sedangkan kelompok kedua hanya diberi gambar tetapi tidak diperkenalkan kata ‘kelinci’. Hasilnya anak dengan pengenalan suara dan visual lebih optimal mengenal kelinci dibandingkan dengan kelompok anak yang lain (William O’Grady 2005 : 41)
.
Kedua, persepsi anak bisa dibentuk dari aspek fonologi. Anak mampu mendeteksi kata atau suku kata terakhir, anak juga mulai membatasi kata dari prosodi (penekanan), fonotatik (rangkaian kata di awal dan akhir), alofonik (variasi segmen suara) (Morgan dalam Eve Clark 2009 : 64). Proses pengidentifikasian ini terjadi pada anak berumur 10 bulan. Penekanan pada kata membuat anak lebih terfokus pada suku kata atau huruf yang biasa hadir di akhir kata. Sebagai contoh “Ini macan!” setelah anak mampu melakukan pengidentifikasian pada tekanan di akhir kata maka anak akan mampu menyempurnakan pengidentifikasian di awal kata.
Pinker mengakui kalau teori ini tidak sempurna sepenuhnya sebab ada tiga hal yang masih menjadi celah kesalahan dalam bosstsrtapping anak. Tiga kesalahan itu adalah tuturan yang diberikan oleh orang dewasa bersifat universal, interpretasi anak bisa saja salah dan tidak ada jaminan orang dewasa menuturkan satu objek dengan benar. Contohnya, jika seorang dewasa menunjuk dan memberi tahu satu objek bernama meong (kucing) dan sisi lain ada orang dewasa mengenalkan objek tersebut dengan label kucing maka anak di sini akan mengalami kerancuan dan gangguan dalam memahami bahasa.
2. Teori empiris atau teori statistikal
Teori kedua adalah teori emperis, teori ini mengatakan pemerolehan dan pembelajaran anak tak terjadi begitu saja, tetapi ada unsur konektivitas dan bergerak dari pengetahuan bahasa yang umum ke khusus. Menurut Tamsello tahapan pertama pemerolehan bahasa yang dilakukan bayi adalah memasukan semua data bahasa ke dalam otaknya (Judit Gervain dan Jacques Mehler 2009: 193).
Michael Tamsello |
Setelah itu anak mampu mendeteksi adanya pengulangan dalam konstruksi bahasa yang abstrak. Sehingga akhirnya anak atau bayi bisa memahami konstruksi bahasa itu. Perlu diingat bahwa pemahaman ini tidak dia dapat dari pengenalan dia terhadap pengetahuan semantik tetapi lebih merupakan hasil simpulan selama dia dalam tahap pembelajaran bahasa. Teori ini menolak teori pertama dan mengatakan bahwa pemerolehan bahasa anak bukan suatu hal yang diturunkan tetapi lebih pada kemampuan anak berinovasi dan melakukan eksperimen terhadap dirinya sendiri. Sebab banyak kasus saat anak kesulitan melakukan imitasi. Sebagai contoh percakapan berikut ini yang diambil dari percobaan Smith:
Father : Say “jump”
Child : Dup
Father : No “Jump”
Child : Dup
Father : No “Jummmp”
Child : Only Dady can say Dup! (Smith dalam Eve Clark 2009 : 69).
Minggu, 23 Oktober 2016
Eksotisme di Timur Indonesia yang Menggugah Nasionalisme- NTT (3)
Dari perbatasan NTT-Timor kita balik lagi ke Kupang untuk terbang ke Flores Timur.Dengan pesawat mini, perjalanan ke Larantuka, Flotim ditempuh kurang dari 1 jam. Dari atas gw udah kayak orang gila karena bagus banget ngeliat jajaran pulau-pula lucu dan hijau-hijau yang enggak pernah gw liat sebelumnya.
Sampai di bandara Larantuka, gue langsung loncat-loncat kegirangan dan temen-temen gue pura-pura gak kenal gara-gara malu. Sumpah bagus banget! Kalau kata temen gue, Flotim itu sampe langitnya pendek ya saking bagusnya. Bahkan temen gue yanga asli orang Manggarai Flotim bilang, kalau dilihat-lihat kampung gue ternyata bagus ya (yaelah kemana aja lu!)
Dan kita dikasih penginapan yang lumayan bagus versi di sana dengan pemandangan bibir pantai. Hmmmmmmm....
Enggak bisa lama-lama terlena karena abis ini kita harus nyebrang ke Pulau Solor buat berburu cerita humanis lagi. Dari dermaga Larantuka ke Solor lumayan lama hampir sejam lagi. Tapi enggak apa-apa deh karena lautnya biru banget dan sampe mau tidur-tidur di atas dek perahu.
Sampai di Solor, enggak ada angkot atau mobil bagus yang bisa antar kita ke rumah narsum itu. Kita akhirnya naek mobil pikap yang udah disiapin dengan jalan super kecil.
Perjalanan selama 30 menit makin butuh perjuangan karena kita dsiram hujan. Berhenti dulu deh di kedai kopi yang cuma dari kayu-kayu yang ditiup angin kencang mungkin udah roboh tuh warung.
Antisipasi hujan lagi, kita pasang belakang pikap kita dengan terpal bener-bener adventure banget mana gw kebelet pipis akhirnya untuk kesekian kalinya numpang lagi di rumah orang. Beruntung mereka welcome banget meski gue cuma numpang buang aer.
Yang menarik sepanjang perjalanan kita juga bandel metik buah kopi yang sudah matang untuk dinikmati bersama. gak cuma itu karena di sini kita banyak banget nemuin makam di depan rumah yang dihias dan dibangun jauh lebih bagus dari pada rumahnya. Aneh kan.
Anak-anak, ibu-ibu gak takut, mereka duduk aja santai sambil ngobrol-ngopi di atas kuburan itu macem teras gitu.
Di sana juga gue banyak ketemu laki2 yang potongan rambutnya sama. Serius, potongan rambutnya sama. Semacam setengah pitak gitu dan sumpah itu aneh sekaligus lucu banget.
Di tempat ini gue ketemu anak kecil yang enggak sekolah. Keliatannya rajin dan ulet dalam pekerjaan tapi dia enggak sekolah karena bantu orangtua, semacam jadi kenek gitu. Hujan-hujan dia akhirnya pulang sakit. Sembari kasih kompres instan gue sama temen-temen wartawan lain bujuk dia buat sekolah dan akhirnya disambut baik sama panitia yang mau menyekolahkannya. Selamat! Gak boleh lagi ada anak yang putus sekolah.
Ok sampai di rumah narsum kita ngobrol ngalor ngidul. lagi-lagi soal TKI ilegal yang jadi profesi mereka, atau bahasa halusnya TKI swadaya karena yang mereka tahu mereka ke Malaysia berangkat sendiri tanpa jalur resmi pemerintah.
Saya sempat berbincang secara personal dengan istri pemilik rumah yang ternyata orang Jawa yang terpaksa pindah ke NTT karena ikut suami. Sungguh jarang terjadi yak.
Mau apapun itu, pilihan menjadi TKI Ilegal mereka anggap enggak dosa karena mereka emang nyari duit di tengah sulitnya pekerjaan di sana. Meski mereka tahu, mereka bisa pulang hanya nama atau sekalipun mati, jenazah mereka bisa aja luntang lantung. Bagi mereka itu bagian dari risiko kerja.
Sampai di bandara Larantuka, gue langsung loncat-loncat kegirangan dan temen-temen gue pura-pura gak kenal gara-gara malu. Sumpah bagus banget! Kalau kata temen gue, Flotim itu sampe langitnya pendek ya saking bagusnya. Bahkan temen gue yanga asli orang Manggarai Flotim bilang, kalau dilihat-lihat kampung gue ternyata bagus ya (yaelah kemana aja lu!)
Dan kita dikasih penginapan yang lumayan bagus versi di sana dengan pemandangan bibir pantai. Hmmmmmmm....
Enggak bisa lama-lama terlena karena abis ini kita harus nyebrang ke Pulau Solor buat berburu cerita humanis lagi. Dari dermaga Larantuka ke Solor lumayan lama hampir sejam lagi. Tapi enggak apa-apa deh karena lautnya biru banget dan sampe mau tidur-tidur di atas dek perahu.
Sampai di Solor, enggak ada angkot atau mobil bagus yang bisa antar kita ke rumah narsum itu. Kita akhirnya naek mobil pikap yang udah disiapin dengan jalan super kecil.
Perjalanan selama 30 menit makin butuh perjuangan karena kita dsiram hujan. Berhenti dulu deh di kedai kopi yang cuma dari kayu-kayu yang ditiup angin kencang mungkin udah roboh tuh warung.
Antisipasi hujan lagi, kita pasang belakang pikap kita dengan terpal bener-bener adventure banget mana gw kebelet pipis akhirnya untuk kesekian kalinya numpang lagi di rumah orang. Beruntung mereka welcome banget meski gue cuma numpang buang aer.
Yang menarik sepanjang perjalanan kita juga bandel metik buah kopi yang sudah matang untuk dinikmati bersama. gak cuma itu karena di sini kita banyak banget nemuin makam di depan rumah yang dihias dan dibangun jauh lebih bagus dari pada rumahnya. Aneh kan.
Anak-anak, ibu-ibu gak takut, mereka duduk aja santai sambil ngobrol-ngopi di atas kuburan itu macem teras gitu.
Di sana juga gue banyak ketemu laki2 yang potongan rambutnya sama. Serius, potongan rambutnya sama. Semacam setengah pitak gitu dan sumpah itu aneh sekaligus lucu banget.
Di tempat ini gue ketemu anak kecil yang enggak sekolah. Keliatannya rajin dan ulet dalam pekerjaan tapi dia enggak sekolah karena bantu orangtua, semacam jadi kenek gitu. Hujan-hujan dia akhirnya pulang sakit. Sembari kasih kompres instan gue sama temen-temen wartawan lain bujuk dia buat sekolah dan akhirnya disambut baik sama panitia yang mau menyekolahkannya. Selamat! Gak boleh lagi ada anak yang putus sekolah.
Ok sampai di rumah narsum kita ngobrol ngalor ngidul. lagi-lagi soal TKI ilegal yang jadi profesi mereka, atau bahasa halusnya TKI swadaya karena yang mereka tahu mereka ke Malaysia berangkat sendiri tanpa jalur resmi pemerintah.
Saya sempat berbincang secara personal dengan istri pemilik rumah yang ternyata orang Jawa yang terpaksa pindah ke NTT karena ikut suami. Sungguh jarang terjadi yak.
Mau apapun itu, pilihan menjadi TKI Ilegal mereka anggap enggak dosa karena mereka emang nyari duit di tengah sulitnya pekerjaan di sana. Meski mereka tahu, mereka bisa pulang hanya nama atau sekalipun mati, jenazah mereka bisa aja luntang lantung. Bagi mereka itu bagian dari risiko kerja.
Kamis, 20 Oktober 2016
Cari Tahu tentang Budaya Minum Teh, Pernikahan, dan Pemakaman Unik dari China
Kebudayaan minum teh di China
Kebudayaan minum teh di China sudah ada sejak 4000 tahun lalu. Kalau kita pergi ke China dan menemukan daun teh kita dapat langsung meminumnya dengan menyeduh daunnya ke air panas. Sejak dulu air sangat berharga karena susah untk menemukan kualitas air yang baik. Terlebih lagi China terkenal dengan makanan yang berminyak sehingga minum teh menjadi sesuatu yang penting karena dapat mengurangi sampah dan kolesterol yang ada di dalam tubuh.
Sama halnya dengan budaya minum teh yang telah berlangsung sejak lama, jenis teh yang ada sejak dulu pun beraneka ragam mulai dari teh merah, teh putih, teh oolong, teh hitam, teh phuer dan lain-lain. Khususnya teh longjing yang merupakan teh terbaik karena wangi dan rasanya enak.
Kebudayaan Menikah
Jika memperhatikan kebudayaan menikah China. Tidak akan ada wedding hall, sebagai gantinya mereka berkumpul bersama keluarga untuk acara makan bersama. Sebagai ucapan selamat para tamu juga menyiapkan uang dan setelah tamu pulang, pengantin berdiri di pintu untuk membagikan permen. Permen ini dalam bahasa China disebut sebagai ‘sitang’ yang berarti permen yang mengadung kebahagiaan
Pemakaman China
Saat pemakaman China, agar orang yang mati bisa melewati gerbang akhirat ditaruhkan uang, kemudian juga ada tradisi didandanin dan dibakar
Sumber: Seri Komik Pengetahuan Dolly, Terbitan Woonjin Thinkbig
Selasa, 18 Oktober 2016
Budaya Sudah Berubah Makna, Lalu Apa Arti Budaya Kini?
Pengalaman membuat kita memahami dan terus mengingat suatu hal, hal itulah yang kita bagi ke banyak orang. Pengalaman yang masuk ke kognisi ini, tidak mudah berubah tetapi justru menurun ke generasi selanjutnya. Pengetahuan dan pengalaman seperti ini disebut dengan skema.
Pengetahuan budaya atau skema budaya juga berproses dengan cara yang sama. Para ahli antropolog semula mengatakan budaya adalah ide dan perilaku yang dipelajari secara sosial, tetapi antropolog masa kini mendefinisikan budaya sebagai apapun yang bermakna (meaning). Hal itu tentunya menyebabkan perdebatan jika budaya erat dengan pemaknaan maka budaya erat juga kaitannya dengan bahasa.
Beberapa linguis dan filsuf seperti Locke dan Derrida mengatakan meaning is use, meaning is place in a system of signs dan meanings as endlessly deferred. Tetapi Strauss dan Quinn menolak tiga argumen tersebut, menurut dia jika meaning is use itu berarti manusia bertindak seolah-olah tidak dengan pikirannya, meaning is place in a system of signs maka manusia tidak punya sistem abstrak untuk menandai realitas, kemudian seandainya meanings as endlessly deferred membuat manusia bermain tanda tanpa henti padahal manusia juga butuh untuk memaknai apa yang dia lalui di sepanjang hidupnya. Sedangkan menurut Strauss dan Quinn, proses pemaknaan merupakan kombinasi antara ide dan perilaku.
Pemaknaan terjadi saat kita menginterpretasikan objek dan peristiwa tertentu. Interpretasi pada manusia meliputi identifikasi, perkiraan atau juga melibatkan perasaan dan motivasi.
Tidak seperti para ahli lainnya, Strauss dan Quinn berargumen bahwa interpretasi karena adanya hubungan antara intra dan interpersonal. Intrapersonal melibatkan proses mental yang pada akhirnya melahirkan skema atau pemahaman. Sedangkan interpersonal terjadi saat manusia belajar dari dunianya atau pengetahuan yang dihasilkan saat dirinya berinteraksi dengan manusia lainnya.
Perlu dipahami juga intrapersonal dan interpersonal adalah dua hal berbeda yang membentuk budaya meski begitu keduanya saling terhubung dan hanya dipisahkan dengan batasan tipis antara dua bidang ilmu yang berbeda yaitu psikologi dan antropologi. Kedua bidang ini tidak bisa terpisahkan untuk menjelaskan bagaimana pemahaman budaya terbentuk.
Sebab pemaknaan budaya terhadap sesuatu amat bergantung dari pengalaman dan cara pandang dia. Budaya pun lahir dari hubungan antar skema dengan dunianya. Jika dunia manusia tersebut berbeda dengan skema yang telah terbentuk maka bisa saja manusia tersebut memperbarui dunia sosial atau skemanya. Jadi bisa dikatakan skema merupakan tingkatan budaya yang lahir dari pengalaman manusia.
Pengetahuan budaya atau skema budaya juga berproses dengan cara yang sama. Para ahli antropolog semula mengatakan budaya adalah ide dan perilaku yang dipelajari secara sosial, tetapi antropolog masa kini mendefinisikan budaya sebagai apapun yang bermakna (meaning). Hal itu tentunya menyebabkan perdebatan jika budaya erat dengan pemaknaan maka budaya erat juga kaitannya dengan bahasa.
Beberapa linguis dan filsuf seperti Locke dan Derrida mengatakan meaning is use, meaning is place in a system of signs dan meanings as endlessly deferred. Tetapi Strauss dan Quinn menolak tiga argumen tersebut, menurut dia jika meaning is use itu berarti manusia bertindak seolah-olah tidak dengan pikirannya, meaning is place in a system of signs maka manusia tidak punya sistem abstrak untuk menandai realitas, kemudian seandainya meanings as endlessly deferred membuat manusia bermain tanda tanpa henti padahal manusia juga butuh untuk memaknai apa yang dia lalui di sepanjang hidupnya. Sedangkan menurut Strauss dan Quinn, proses pemaknaan merupakan kombinasi antara ide dan perilaku.
Pemaknaan terjadi saat kita menginterpretasikan objek dan peristiwa tertentu. Interpretasi pada manusia meliputi identifikasi, perkiraan atau juga melibatkan perasaan dan motivasi.
Tidak seperti para ahli lainnya, Strauss dan Quinn berargumen bahwa interpretasi karena adanya hubungan antara intra dan interpersonal. Intrapersonal melibatkan proses mental yang pada akhirnya melahirkan skema atau pemahaman. Sedangkan interpersonal terjadi saat manusia belajar dari dunianya atau pengetahuan yang dihasilkan saat dirinya berinteraksi dengan manusia lainnya.
Perlu dipahami juga intrapersonal dan interpersonal adalah dua hal berbeda yang membentuk budaya meski begitu keduanya saling terhubung dan hanya dipisahkan dengan batasan tipis antara dua bidang ilmu yang berbeda yaitu psikologi dan antropologi. Kedua bidang ini tidak bisa terpisahkan untuk menjelaskan bagaimana pemahaman budaya terbentuk.
Sebab pemaknaan budaya terhadap sesuatu amat bergantung dari pengalaman dan cara pandang dia. Budaya pun lahir dari hubungan antar skema dengan dunianya. Jika dunia manusia tersebut berbeda dengan skema yang telah terbentuk maka bisa saja manusia tersebut memperbarui dunia sosial atau skemanya. Jadi bisa dikatakan skema merupakan tingkatan budaya yang lahir dari pengalaman manusia.
Selasa, 11 Oktober 2016
Eksotisme di Timur Indonesia yang Menggugah Nasionalisme - NTT (2)
Perjalanan di Timur Indonesia dilanjutkan ke perbatasan NTT dan Timor Leste. Kabupaten yang dikunjungi namanya Malaka, letaknya berbatasan dengan Timor Leste. Jadi kalau ke sini dapat SMS deh dari Telkomsel kalau kamu lagi ada di pebatasan dan kena roaming. Oke cakep! makanya langsung deh dimatiin sinyalnya.
Rumah si ibu yang satu ini letaknya di tengah pengunungan yang hijau yang udara sejuk dan segar banget. Sesampainya di sana kita disambut ibu-ibu yang sedang mengunyah sirih.
Udara dingin membuat gue selalu pengen buang air kecil dan setiap buang air kecil itulah gue degdegan karena hampir semua toilet mereka dekat dengan kandang babi. Yang dalam bayangan gue itu babi tiba-tiba keluar kandnag trus masuk ke wc yang gue lagi ad di dalamnya. horor banget kan.
Masalahnya babinya itu bukan babi pink2 tpi semacam celeng yang bulunya super hitam.
Oke balik lagi ke perkumpulan ibu-ibu Malaka ini. Gue selalu salut sama orang-orang yang meski kondisinya terbatas begini mereka tuh bisa maju. Ada ibu yang saat rumahnya terbakar habis dia mengadu nasib ke Malaysia meski jadi TKI ilegal, Pulang-pulang dia membangun rumah dan sekolah S1 dong. keren banget kan. Meski udah gak muda tetap sadar pendidikan. gue suka banget nih model begini!
Kita juga diajak ke rumahnya yang kalau di sana sudah lumayan bagus karena lantainya tidak lagi tanah dan rumahnya sudah semi tembok, berbeda dengan rumah kebanyakan di NTT khususnya perbatasan.
Yang mempunyai rumah tembok itu cuma PNS dan TKI konon katanya begitu, miris ya.
Oh ya, di part 1 gue lupa kalau gue sempet mampir fot-foto. Ketika temen gue anak jakpost sibuk foto di ladang jagung. Gue malah ilang ke rumah khas NTT, Umah Klaran.
Di sini ada seorang nenek yang asyik nyirih tanpa alas, pas ditanya gak bisa bahasa Indonesia dong. Untuk ada anaknya yang membatunya. cerita lengkapnya bisa dilihat di link ini.
https://www.merdeka.com/peristiwa/mengintip-umah-klaran-rumah-adat-ntt-yang-kental-ritual-adat.html
Oh ya catatan juga di NTT ini banyak keliran anjing liar. Untungnya banyak dari orang NTT mesti ga dikampanyein harus jangan sara, mereka udah tahu caranya menghormati tamu muslim
Mereka tidak menyajikan masakan babi dan mengusir anjing yang dekat2 saya karena saya ketakutan banget. hahahah
Lepas dari rumah si ibu keren itu, kita mampir ke pos perbatasan Timor Timur di Atambua. Sebenarnya mau masuk tapi enggak bawa paspos jadilah kita selfi2 aj di pos tersebut.
dan menjelang gerbang ditutup, hujan pun turun. Jalan menuju ke sana lumayan rusak dengan pepohonan rindang banget. Enggak jauh dari situ ada kamp pemukiman pengungsi korban konflik Timor waktu Timor mau merdeka.
Gue cuma ngeliat gubuk gubuk mereka, huh padahal rasanya mau banget ke sana dan dengar cerita-cerita mereka.
Kalau ke Malaka juga jangan lupa cicipi pisang pake sambel tomat. Pisang luan di sana rasanya mirip singkong jadi pas tuh pake sambel.
Rumah si ibu yang satu ini letaknya di tengah pengunungan yang hijau yang udara sejuk dan segar banget. Sesampainya di sana kita disambut ibu-ibu yang sedang mengunyah sirih.
Udara dingin membuat gue selalu pengen buang air kecil dan setiap buang air kecil itulah gue degdegan karena hampir semua toilet mereka dekat dengan kandang babi. Yang dalam bayangan gue itu babi tiba-tiba keluar kandnag trus masuk ke wc yang gue lagi ad di dalamnya. horor banget kan.
Masalahnya babinya itu bukan babi pink2 tpi semacam celeng yang bulunya super hitam.
Oke balik lagi ke perkumpulan ibu-ibu Malaka ini. Gue selalu salut sama orang-orang yang meski kondisinya terbatas begini mereka tuh bisa maju. Ada ibu yang saat rumahnya terbakar habis dia mengadu nasib ke Malaysia meski jadi TKI ilegal, Pulang-pulang dia membangun rumah dan sekolah S1 dong. keren banget kan. Meski udah gak muda tetap sadar pendidikan. gue suka banget nih model begini!
Kita juga diajak ke rumahnya yang kalau di sana sudah lumayan bagus karena lantainya tidak lagi tanah dan rumahnya sudah semi tembok, berbeda dengan rumah kebanyakan di NTT khususnya perbatasan.
Yang mempunyai rumah tembok itu cuma PNS dan TKI konon katanya begitu, miris ya.
Oh ya, di part 1 gue lupa kalau gue sempet mampir fot-foto. Ketika temen gue anak jakpost sibuk foto di ladang jagung. Gue malah ilang ke rumah khas NTT, Umah Klaran.
Di sini ada seorang nenek yang asyik nyirih tanpa alas, pas ditanya gak bisa bahasa Indonesia dong. Untuk ada anaknya yang membatunya. cerita lengkapnya bisa dilihat di link ini.
https://www.merdeka.com/peristiwa/mengintip-umah-klaran-rumah-adat-ntt-yang-kental-ritual-adat.html
Oh ya catatan juga di NTT ini banyak keliran anjing liar. Untungnya banyak dari orang NTT mesti ga dikampanyein harus jangan sara, mereka udah tahu caranya menghormati tamu muslim
Mereka tidak menyajikan masakan babi dan mengusir anjing yang dekat2 saya karena saya ketakutan banget. hahahah
Lepas dari rumah si ibu keren itu, kita mampir ke pos perbatasan Timor Timur di Atambua. Sebenarnya mau masuk tapi enggak bawa paspos jadilah kita selfi2 aj di pos tersebut.
dan menjelang gerbang ditutup, hujan pun turun. Jalan menuju ke sana lumayan rusak dengan pepohonan rindang banget. Enggak jauh dari situ ada kamp pemukiman pengungsi korban konflik Timor waktu Timor mau merdeka.
Gue cuma ngeliat gubuk gubuk mereka, huh padahal rasanya mau banget ke sana dan dengar cerita-cerita mereka.
Kalau ke Malaka juga jangan lupa cicipi pisang pake sambel tomat. Pisang luan di sana rasanya mirip singkong jadi pas tuh pake sambel.
Jumat, 30 September 2016
Eksotisme di Timur Indonesia yang Menggugah Nasionalisme - NTT (1)
Punya kesempatan bisa meliput di Timur Indonesia bak menemukan emas di tengah jalan. Ini, kata redaksi, merupakan hadiah kelulusan gue setelah jatuh bangun penuh air mata menyelesaikan S2 selama 2 tahun sambil bekerja dan akhirnya menjadi satu-satunya Master pertama di angkatan gue.
Kalau diinget-inget betapa berat dan melelahkannya menempuh S2 sembari tetap profesional sebagai jurnalis. Sampai harus nangis2 di halte busway karena kecapean sangat, setelah sebelumnya liputan sampe dini hari besokannya harus lembur lagi. Mulut saat itu udah enggak bisa bilang capek lagi, cuma mata aja yang basah
Kelelahan sampai tertidur gara-gara menunggu Jokowi yang ngaret di tempat liputan dan keesokannya kuliah pagi. Atau juga kelelahan karena jagain Novel Baswedan yang ditangkap polisi dari jam 3 pagi sampai hampir tengah hari. Suka duka itu terganti dengan trip ke NTT ini. Kali ini misinya, bersama Aus Aid dan Tifa Foundation, menggali cerita para TKI ilegal yang banyak datang dari NTT.
http://www.tifafoundation.org/di-belu-ntt-3-000-tki-illegal-pergi-ke-malaysia-tiap-bulan/
Sesampainya di sana, gue langsung ke rumah seorang ibu yang tinggalnya ibu kota provinsi, Kupang tapi kondisinya masih desa gitu dengan lantai masih tanah tanpa ubin. Tapi di dalamnya ada semangat yang mungkin bisa meruntuhkan gedung setinggi apapun.
Ya, dia berhasil membentuk wadah wanita semacam koperasi sekaligus pengelolaan usaha tenun dan perkebunan, yang mampu memajukan kesejahteraan penduduk yang tinggal di sana. Super banget kan.
Dari Kupang, selama 6 jam kita menuju Atambua, Malaka dan Belu yang berbatasan banget sama Timor Timur, bekas daerah milik kita. Kita sempet mampir di So'e yang produktif menghasilkan alpuket yang dagingnya mulus luar biasa.
Bukan cuma alpukat, di NTT juga terkenal sama Se'i, masakan berbahan daging babi. Beberapa kali pihak LSM dan wartawan menawarkan gue makanan ini, meski mereka tahu gue gak makan babi. Segala cara dikerahkan mereka supaya gue makan, dan akhirnya gue bertahan meski gue bete di ujuk-ujuk terus.
Sesampainya di Atambua sudah malam hari, langsung istirahat karena besok paginya kita harus ke daerah Belu untuk wawancara tokoh desa di sana, Jalan yang kita tempuh lumayan ekstrem karena harus naek turun bukit berjalan non aspal sampe jalanan yang semi sungai. Beuh berasa banget adventure-nya. Cool!
Kalau diinget-inget betapa berat dan melelahkannya menempuh S2 sembari tetap profesional sebagai jurnalis. Sampai harus nangis2 di halte busway karena kecapean sangat, setelah sebelumnya liputan sampe dini hari besokannya harus lembur lagi. Mulut saat itu udah enggak bisa bilang capek lagi, cuma mata aja yang basah
Kelelahan sampai tertidur gara-gara menunggu Jokowi yang ngaret di tempat liputan dan keesokannya kuliah pagi. Atau juga kelelahan karena jagain Novel Baswedan yang ditangkap polisi dari jam 3 pagi sampai hampir tengah hari. Suka duka itu terganti dengan trip ke NTT ini. Kali ini misinya, bersama Aus Aid dan Tifa Foundation, menggali cerita para TKI ilegal yang banyak datang dari NTT.
http://www.tifafoundation.org/di-belu-ntt-3-000-tki-illegal-pergi-ke-malaysia-tiap-bulan/
Sesampainya di sana, gue langsung ke rumah seorang ibu yang tinggalnya ibu kota provinsi, Kupang tapi kondisinya masih desa gitu dengan lantai masih tanah tanpa ubin. Tapi di dalamnya ada semangat yang mungkin bisa meruntuhkan gedung setinggi apapun.
Ya, dia berhasil membentuk wadah wanita semacam koperasi sekaligus pengelolaan usaha tenun dan perkebunan, yang mampu memajukan kesejahteraan penduduk yang tinggal di sana. Super banget kan.
Dari Kupang, selama 6 jam kita menuju Atambua, Malaka dan Belu yang berbatasan banget sama Timor Timur, bekas daerah milik kita. Kita sempet mampir di So'e yang produktif menghasilkan alpuket yang dagingnya mulus luar biasa.
Bukan cuma alpukat, di NTT juga terkenal sama Se'i, masakan berbahan daging babi. Beberapa kali pihak LSM dan wartawan menawarkan gue makanan ini, meski mereka tahu gue gak makan babi. Segala cara dikerahkan mereka supaya gue makan, dan akhirnya gue bertahan meski gue bete di ujuk-ujuk terus.
Sesampainya di Atambua sudah malam hari, langsung istirahat karena besok paginya kita harus ke daerah Belu untuk wawancara tokoh desa di sana, Jalan yang kita tempuh lumayan ekstrem karena harus naek turun bukit berjalan non aspal sampe jalanan yang semi sungai. Beuh berasa banget adventure-nya. Cool!
Langganan:
Postingan (Atom)